Tuesday 24 January 2017

Koalisi Organisasi Buruh Migran Hongkong Menuntut Fahri Hamzah Atas Cuitan yang Menghina TKI

 Koalisi Organisasi Buruh Migran Hongkong Menuntut Fahri Hamzah Atas Cuitan yang Menghina TKI



Koalisi 55 Organisasi Buruh Migran Indonesia di Hongkong yang tergabung dalam Lingkaran Aku Cinta Indonesia (LACI) mengecam kicauan Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah di akun Twitter pribadinya.

Ketua I LACI Nur Halimah menganggap kicauan Fahri telah melecehkan martabat para pekerja Indonesia di luar negeri. LACI, kata Nur, menuntut Fahri meminta maaf.

Dalam kicauannya pada Selasa (24/1/2017) pagi, Fahri lewat akun @Fahrihamzah berkicau, "anak bangsa mengemis jadi babu di negeri orang dan pekerja asing merajalela...". Kicauan itu kini telah dihapus.

"Tahukah Bapak bahwa pernyataan Bapak telah merendahkan martabat dan harga diri kami, para 'pahlawan devisa' yang menyumbangkan remitansi sebesar 7,4 miliar dollar AS atau Rp 97,5 triliun untuk memutar roda perekonomian Indonesia," ujar Nur dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa malam.

Nur mengatakan, bukan hanya kicauan Fahri yang membuat mereka berang dan merasa tak dihargai.

Sebelumnya, kata Nur, dalam sejumlah pemberitaan media, Fahri menyebut bahwa 1.000 TKI di Hongkong hamil dan menyerahkan anaknya ke LSM.

Nur mengatakan, Fahri juga menuding 30 persen TKI di Hongkong mengidap HIV/AIDS. Ditambah melihat kicauan Fahri di Twitter yang menyebut "babu", Nur mengatakan, dia dan koleganya di Hongkong tak lagi bisa tinggal diam.

"Tahukah Bapak bahwa kami ini pekerja, bukan babu. Kami mempunyai harkat dan martabat," kata Nur.

"Kami melakukan pekerjaan yang halal dengan setiap tetesan keringat kami, bukan hasil korupsi, apalagi hasil mengemis," lanjut dia.

Nur mengatakan, para migran di luar negeri tengah berjuang memberi kehidupan yang layak bagi keluarganya di Indonesia. Semestinya, kata dia, pejabat negara seperti Fahri mendukung hal tersebut.

Atas keberatan mereka dengan pernyataan Fahri, LACI menuntut Fahri untuk meminta maaf secara resmi atas semua pernyataannya yang menyinggung buruh migran Indonesia.

"Mendorong MKD DPR RI untuk mengevaluasi kinerja Fahri Hamzah dan mempertimbangkan pencopotan yang bersangkutan dari anggota DPR RI," kata Nur.

Sebelas Keunikan yang Hanya Ada di Negara Indonesia Tercinta

Sebelas Keunikan yang Hanya Ada di Negara Indonesia Tercinta

  1. Indonesia adalah negara kepulauan paling besar didunia dengan jumlah keseluruhan pulau meraih 113. 466 pulau. Terbagi dalam 5 kepulauan besar serta 30 grup kepulauan kecil. Termasuk juga 9. 634 pulau yang belum dinamakan serta 6. 000 pulau yg tidak berpenghuni. Di dalamnya ada 3 dari 6 pulau paling besar di dunia, yakni : Kalimantan juga sebagai pulau paling besar ketiga didunia dengan luas 539. 460 km², Sumatera luasnya 473. 606 km² serta Papua yang luasnya 421. 981 km².
  2. Pulau Jawa yaitu pulau terpadat didunia yakni seputar 60% masyarakat Indonesia atau seputar 130 juta jiwa tinggal di pulau yang luasnya cuma 7% dari semua lokasi RI.
  3. Indonesia yaitu negara maritim paling besar didunia dengan perairan seluas 93. 000 km² serta panjang pantai seputar 81. 000 km² atau nyaris 25% dari panjang pantai didunia.
  4. Indonesia mempunyai suku bangsa yang paling banyak didunia. Yakni ada kian lebih 740 suku bangsa atau etnis, bahkan juga di Papua saja ada 270 suku. Dengan jumlah suku sejumlah itu jadikan Indonesia mempunyai bhs daerah paling banyak, yakni 583 bhs serta dialek dari 67 bhs induk yang dipakai beragam suku bangsa di Indonesia. Walau banyak mempunyai bhs daerah tetapi bhs nasionalnya yakni Bhs Indonesia dapat menyatukannya tanpa ada menyingkirkan papar bhs daerahnya.
  5. Indonesia yaitu negara muslim paling besar didunia. Jumlah pemeluk agama Islam di Indonesia seputar 216 juta jiwa atau 88% dari masyarakat Indonesia. Juga ini jadikan Indoensia mempunyai jumlah masjid paling banyak dan negara penyumbang jamaah haji paling besar didunia.
  6. Candi Borobudur di Jawa Tengah mempunyai Monumen Budha paling besar didunia yang tingginya meraih 42 mtr. terbagi dalam 10 tingkat. Mempunyai panjang relief yang indah meraih kian lebih 1 km.
  7. Indonesia yaitu tempat diketemukannya manusia purba tertua didunia, yakni Pithecanthropus erectus yang diprediksikan datang dari saat 1, 8 juta th. waktu lalu.
  8. Indonesia tempati peringkat 1 penghasil cengkeh serta pala. Nomer 2 didunia penghasil karet alam serta minyak sawit mentah. Pengekspor paling besar kayu lapis paling besar, yakni seputar 80% di pasar dunia. Penghasil gas alam cair (LNG) paling besar didunia atau seputar 20% dari suplai semua dunia. Produsen timah paling besar ke-2 didunia.
  9. Indonesia mempunyai terumbu karang paling kaya didunia meraih 18% dari keseluruhan didunia. Mempunyai hutan bakau paling besar didunia untuk untuk menghindar pengikisan air laut. Asal dari kekayaan bunga anggrek paling besar di dunia yang meraih 6. 000 type anggrek dan bunga Rafflesia Arnoldi juga sebagai bunga paling besar didunia dengan diameternya meraih 1 mtr..
  10. Indonesia yaitu habitat untuk binatang purba yang masih tetap hidup yakni Komodo, kadal paling besar didunia dengan panjangnya meraih 3 mtr. serta beratnya 90 kg. Komodi cuma ada di Pulau Komodo serta sekitarnya di NTT. Di lautan Indonesia mempunyai Indonesia species ikan hiu paling banyak didunia yakni 150 species. Indonesia mempunyai primata paling kecil didunia yakni Tarsier Gunung (Tarsius pumilus) di Sulawesi yang panjangnya cuma 10 cm.
  11. Di Sulawesi juga diketemukannya ular Python reticulates terpanjang didunia, panjangnya 10 mtr.. Ikan paling kecil didunia diketemukan di rawa berlumpur Sumatera. Panjangnya cuma 7, 9 mm serta optimal besarnya lebih kurang sebesar nyamuk.

Monday 23 January 2017

Legenda Kota Blitar Kisah Kelicikan dan Perebutan Kadipaten Aryablitar

Legenda Kota Blitar Kisah Kelicikan dan Perebutan Kadipaten Aryablitar 



Pada zaman dahulu, di wilayah Kabupaten Blitar ada sebuah kadipaten (Kabupaten) bernama Kadipaten Aryablitar. Adipati-nya (bupatinya) bernama Adipati Nila Suwarna. Adipati ini mempunyai seorang wakil bernama Ki Ageng Sengguruh.

Ki Ageng Sengguruh pada mulanya sangat patuh dan setia pada Adipati Nila Suwarna. Isteri Ki Ageng Sengguruh yang bernama Nyai Ageng Sengguruh tidak suka pada kepatuhan dan kesetiaan suaminya. Apalagi Nyai Ageng Sengguruh sudah lama ingin menjadi permaisuri seorang adipati. Nyai Ageng Sengguruh merayu Ki Ageng Sengguruh agar mau merebut kekuasaan Adipati Nila Suwarna.

Ki Ageng Sengguruh termakan rayuan Nyai Ageng Sengguruh. Dia menjadi manusia bermuka dua. Di depan Adipati Nila Suwarna, Ki Ageng Sengguruh selalu menampakkan kepatuhan dan kesetiaannya. Di belakang, Ki Ageng Sengguruh selalu menjelek-jelekkan Adipati Nila Suwarna. Ki Ageng Sengguruh juga berhasil merayu beberapa punggawa kadipaten untuk diajak mencari kesempatan merebut kekuasaan.

Kesempatan yang ditunggu-tunggu Ki Ageng Sengguruh untuk merebut kekuasaan pun datang. Saat itu, permaisuri Adipati Nila Suwarna yang bernama Dewi Rayungwulan sedang hamil. Dewi Rayungwulan pun mengidam. Ia ingin sekali makan ikan bader abang asisik kencana (bader merah bersisik emas). Dewi Rayungwulan menyampaikan keinginannya pada Adipati Nila Suwarna.

“Aku sangat senang Dinda hamil. Sudah lama kurindukan untuk mempunyai anak. Kini keinginku akan segera terwujud. Namun, permintaan Dinda ingin makan ikan bader merah bersisik emas sangat aneh. Tapi biarlah! Aku akan minta bantuan Paman Patih Ki Ageng Sengguruh untuk mencarinya,” kata Adipati Nila Suwarna pada Dewi Rayungwulan.

Adipati Nila Suwarna segera memanggil Ki Ageng Sengguruh. Adipati Nila Suwarna menceritakan tentang permintaan permaisurinya pada Ki Ageng Sengguruh.


“Tolonglah, Paman! Carikan ikan bader merah bersisik emas itu untuk permaisuriku! Apa pun syarat dan berapa pun biayanya akan aku penuhi!” pinta Adipati Nila Suwarna.
“Baiklah, Gusti Adipati! Hamba akan berusaha mencari ikan bader merah bersisik emas itu. Izinkan hamba sekarang juga berangkat mencarinya!”

Mula-mula Ki Ageng Sengguruh memang mencari ikan bader merah bersisik emas. Dia bertanya pada para pencari ikan. Mungkin ada di antara mereka yang pernah melihat ikan bader merah bersisik emas. Namun, para pencari ikan tak seorang pun yang tahu. Ki Ageng Sengguruh pun pulang dengan gontai.

Saat pulang, Ki Ageng Sengguruh melewati sebuah kedung (bagian sungai yang lebar dan dalam) bernama kedung Gayaran. Kedung Gayaran adalah kedung yang sangat angker. Siapa pun yang berani masuk ke air di kedung itu pasti akan tenggelam dan meninggal dunia. Para pencari ikan tak ada yang berani mencari ikan di kedung Gayaran.

Tiba-tiba terlintas akal licik Ki Ageng Sengguruh. Timbul niatnya untuk mencelakakan Adipati Nila Suwarna dan merebut kekuasaan Kadipaten Aryablitar. Ki Ageng Sengguruh pun mempergunakan kesaktiannya. Dia mengubah sumping (hiasan) daun telinga kanannya menjadi ikan bader merah bersisik emas. Ikan itu lalu dilepas di kedung Gayaran.

Ki Ageng Sengguruh bergegas kembali ke kadipaten menghadap Adipati Nila Suwarna. Ki Ageng Sengguruh melaporkan bahwa telah mengetahui keberadaan ikan bader merah bersisik emas itu.

“Tempatnya di kedung Gayaran, Gusti Adipati!” lapor Ki Ageng Sengguruh.
“Mengapa Paman Patih tidak menyuruh orang untuk menangkapnya dan membawa kemari?” Tanya Adipati Nila Suwarna.

“Maafkan hamba, Gusti Adipati! Tak seorang pun yang bernai mengambil ikan itu. Ikan itu dipercaya sebagai ikan peliharaan dewa. Hanya para raja atau adipati saja yang dapat menangkapnya. Untuk itu, Gusti Adipatilah yang harus menangkapnya sendiri.

“Baiklah! Aku yang akan menangkap sendiri. Sebenarnya, aku tidak bias berenang. Namun, demi memenuhi permintaan isteri dan calon anakku, apa pun akan kulakukan,” kata Adipati Nila Suwarna.

“Ayo, Paman! Tunjukkan di mana kedung Gayaran tempat ikan itu berada!”

Adipati Nila Suwarna diiringi prajurit pengawal mengikuti Ki Ageng Sengguruh menuju kedung Gayaran. Sesampai di kedung Gayaran, Adipati Nila Suwarna memang melihat ada seekor ikan bader merah bersisik emas. Ikan itu sedang berenang ke sana kemari. Sisik emasnya memantulkan cahaya kemilauan terkena sinar matahari.

Hati Adipati Nila Suwarna sangat senang sekali. Dinda Rayungwulan pasti akan senang sekali karena keinginannya terkabul, pikir Adipati Nila Suwarna.
“Prajurit, siapkan jaring untuk menangkap ikan itu! Aku sendiri yang akan turun ke kedung untuk menangkapnya” perintah Adipati Nila Suwarna pada salah seorang prajurit pengawalnya. Prajurit itu segera memberikan jaring penangkap ikan pada Adipati Nila Suwarna. Sang Adipati pun berisap-siap terjun ke air kedung.

Adipati Nila Suwarna berenang di air kedung sambil membawa jaring. Dikejarnya ikan bader merah bersisik emas yang berenang ke sana kemari itu. Ikan itu ternyata gesit sekali.  Berkali-kali Adipati Nila Suwarna berusaha menjaringnya. Namun, ikan itu behasil lolos.

Adipati Nila Suwarna menjadi kelelahan. Akhirnya, Adipati Nila Suwarna tak dapat menggerakkan badannya karena sangat lelah. Adipati Nila Suwarna pun tenggelam di kedung itu.
Ki Ageng Sengguruh segera menyuruh para prajurit pengawal menolong Adipati Nila Suwarna.

Namun, terlambat sudah! Adipati Nila Suwarna sudah meninggal dunia. Jenazah Adipati Nila Suwarna dibawa kembali ke kadipaten dan dikuburkan dengan baik.
Ki Ageng Sengguruh kemudian mengambil alih kedudukan Adipati Nila Suwarna sebagai adipati di Kadipaten Aryablitar.

Ia mengumumkan pada seluruh punggawa dan rakyat Kadipaten Aryablitar bahwa dialah sekarang yang menjadi adipati. Ia memakai gelar Adipati Nila Suwarna II.

Tak seorang pun yang berani membantah keputusan Ki Ageng Sengguruh. Dewi Rayungwulan yang tidak menyetujui keputusan Ki Ageng Sengguruh diusir dari kadipaten. Dewi Rayungwulan yang sedang hamil itu pun meninggalkan kadipaten dengan hati sedih. Dewi Rayungwulan tak tahu akan pergi ke mana.



Nama Unik Jembatan Ratapan Ibu Saksi Pembantaian Pejuang di Zaman Penjajah

Nama Unik Jembatan Ratapan Ibu Saksi Pembantaian Pejuang di Zaman Penjajah 




Payakumbuh adalah sebuah Kotamadya yang terletak di Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Kota ini juga dikenal masyarakat Sumatera Barat dengan julukan Kota Batiah.

Batiah merupakan makanan khas yang berasal dari Kota Payakumbuh. Memang, kota ini memiliki banyak keunikan. Makanan Rendang juga berasal dari kota satu ini.

Selain itu, Kota Payakumbuh juga punya beberapa objek wisata menarik. Salah satunya adalah Jembatan Ratapan Ibu.

Jembatan terletak di di jalan Jenderal Sudirman, dibangun tahun 1818 (di masa Gerakan Padri sedang bergejolak di Minangkabau, kemungkinan untuk memperlancar transportasi militer Belanda).

Jembatan Ratapan Ibu ini memiliki panjang 40 meter dengan arsitektur kuno berupa susunan batu merah setengah lingkaran yang direkat dengan kapur dan semen tanpa menggunakan tulang besi.

Jembatan Ratapan Ibu ini melintasi Batang Agam, menghubungkan Pasar Payakumbuh dan nagari Aie Tabik. Walau sudah hampir berusia dua abad, Jembatan Ratapan Ibu masih berdiri kokoh hingga saat ini.

Jembatan Ratapan Ibu selain menjadi jembatan bersejarah juga menjadi tempat eksekusi para pejuang kemerdekaan oleh tentara Belanda di masa lalu.

Para pejuang yang tertangkap, disuruh berbaris di pinggir jembatan menghadap sungai, lalu serdadu Belanda mengeksekusinya dengan cara menembak, kemudian mayat mereka di lempar ke Sungai Batang Agam yang berada di bawah jembatan. Kemudian mayat-mayat tersebut hanyut dibawa arus.

Kejadian itu juga disaksikan langsung oleh masyarakat sekitar. Kaum ibu yang melihatnya tak bisa berbuat banyak selain hanya bisa pasrah dan terus menangis melihat tragedi itu.

Untuk mengenang peristiwa itulah akhirnya jembatan ini diberi nama Jembatan Ratapan Ibu.

Demi menunjang lokasi ini sebagai destinasi wisata, di ujung jembatan dibangun pula sebuah tugu patung seorang wanita yang sedang menangis dengan tangannya yang menunjuk ke arah Sungai Batang Agam.

Setiap pagi sampai sore hari, tempat ini selalu ramai di kunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing.

Mereka yang datang selalu menggunakan kesempatannya untuk berfoto di sekitar jembatan dan tugu Ratapan Ibu. Pembangunan taman akan membuat Anda betah untuk berlama-lama di sini.

Anda dapat masuk ke taman dengan melewati tugu ratapan ibu terlebih dahulu, setibanya di taman, Anda dapat duduk bersantai sambil menikmati suara air yang mengalir dari sungai Agam serta melihat kendaraan yang sibuk melintas dari atas jembatan ini.

Friday 29 July 2016

Tokoh Nusantara : Kisah Ken Arok Sang Begal yang Menjadi Raja

Tokoh Nusantara : Kisah Ken Arok Sang Begal yang Menjadi Raja 
Ken Arok lahir di Jawa Timur pada tahun 1182, wafat di Jawa Timur pada tahun 1247 atau 1227, adalah pendiri Kerajaan Tumapel (terkenal dengan nama Singhasari), Ia memerintah sebagai raja pertama bergelar Rajasa pada tahun 1222 - 1227 (atau 1247).

Tentang Asal Usul Ken Arok
Ken Arok adalah putra dari Gajah Para dari desa Campara (Bacem, Sutojayan, Blitar) dengan seorang wanita desa Pangkur (Jiwut, Nglegok, Blitar) bernama Ken Ndok. Gajah adalah nama jabatan setara wedana (pembantu adipati) pada era kerajaan Kediri. Sebelum Ken Arok lahir ayahnya telah meninggal dunia saat ia dalam kandungan, dan saat itu Ken Ndok telah direbut oleh raja Kediri. Oleh ibunya, bayi Ken Arok dibuang di sebuah pemakaman, hingga kemudian ditemukan dan diasuh oleh seorang pencuri bernama Lembong.

Ken Arok tumbuh menjadi berandalan yang lihai mencuri dan gemar berjudi, sehingga membebani Lembong dengan banyak hutang. Lembong pun mengusirnya. Ia kemudian diasuh oleh Bango Samparan, seorang penjudi dari desa Karuman (sekarang Garum, Blitar) yang menganggapnya sebagai pembawa keberuntungan.

Ken Arok tidak betah hidup menjadi anak angkat Genukbuntu, istri tua Bango Samparan dan Istri mudanya bernama Thirthaja. Istri muda Bango Samparan mempunyai 5 anak, yaitu Panji Bawuk, Panji Kuncang, Panji Kunal, Panji Kenengkung dan yang bungsu wanita bernama Cucupuranti. Ia kemudian bersahabat dengan Tita, anak kepala desa Siganggeng, sekarang Senggreng, Sumberpucung, Malang. Keduanya pun menjadi pasangan perampok yang ditakuti di seluruh kawasan Kerajaan Kadiri.

Akhirnya, Ken Arok bertemu seorang brahmana dari India bernama Lohgawe, yang datang ke tanah Jawa mencari titisan Wisnu. Dari ciri-ciri yang ditemukan, Lohgawe yakin kalau Ken Arok adalah orang yang dicarinya. Berdasarkan Serat Pararaton juga, Ken Arok (disebut pula Ken AÅ‹grok) digambarkan juga sebagai keturunan Dewa Brahma. Hal ini hanya untuk simbolis menggambarkan perbedaan status sosial kognitif si calon raja di kemudian hari daripada anak-anak seusianya saat itu.

Perjalanan Karir Ken Arok
Tumapel merupakan salah satu daerah bawahan Kerajaan Kadiri. Yang menjadi akuwu (setara camat zaman sekarang) Tumapel saat itu bernama Tunggul Ametung.Atas bantuan Lohgawe, Ken Arok dapat diterima bekerja sebagai pengawal Tunggul Ametung.

Ken Arok kemudian tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul Ametung yang cantik. Apalagi Lohgawe juga meramalkan kalau Ken Dedes akan menurunkan raja-raja tanah Jawa. Hal itu semakin membuat Ken Arok berhasrat untuk merebut Ken Dedes, meskipun tidak direstui Lohgawe.

Ken Arok membutuhkan sebilah keris ampuh untuk membunuh Tunggul Ametung yang terkenal sakti. Bango Samparan pun memperkenalkan Ken Arok pada sahabatnya yang bernama Mpu Gandring dari desa Lulumbang, sekarang Plumbangan, Doko, Blitar (Sukatman, 2012), yaitu seorang ahli pembuat pusaka ampuh.

Mpu Gandring sanggup membuatkan sebilah keris ampuh dalam waktu setahun. Ken Arok tidak sabar. Lima bulan kemudian ia datang mengambil pesanan. Keris yang belum sempurna itu direbut dan ditusukkan ke dada Mpu Gandring sampai tewas. Dalam sekaratnya, Mpu Gandring mengucapkan kutukan bahwa keris itu nantinya akan membunuh 7 orang raja, termasuk Ken Arok sendiri dan anak cucunya.

Ken Arok Merebut Tumapel dan Ken Dedes
Kembali ke Tumapel, Ken Arok menjalankan rencananya untuk merebut kekuasaan Tunggul Ametung. Mula-mula ia meminjamkan keris pusakanya pada Kebo Hijo[1], rekan sesama pengawal. Kebo Hijo dengan bangga memamerkan keris itu sebagai miliknya kepada semua orang yang ia temui, sehingga semua orang mengira bahwa keris itu adalah milik Kebo Hijo. Dengan demikian, siasat Ken Arok berhasil.

Malam berikutnya, Ken Arok mencuri keris pusaka itu dari tangan Kebo Hijo yang sedang mabuk arak. Ia lalu menyusup ke kamar tidur Tunggul Ametung dan membunuh majikannya itu di atas ranjang. Ken Dedes menjadi saksi pembunuhan suaminya. Namun hatinya luluh oleh rayuan Ken Arok. Lagi pula, Ken Dedes menikah dengan Tunggul Ametung dilandasi rasa keterpaksaan.

Pagi harinya, Kebo Hijo dihukum mati karena kerisnya ditemukan menancap pada mayat Tunggul Ametung. Ken Arok lalu mengangkat dirinya sendiri sebagai akuwu baru di Tumapel dan menikahi Ken Dedes. Tidak seorang pun yang berani menentang kepustusan itu. Ken Dedes sendiri saat itu sedang mengandung anak Tunggul Ametung, bernama Anusapati, disebut juga Panji Anengah.

Pada tahun 1222 terjadi perselisihan antara Kertajaya raja Kadiri dengan para brahmana. Para brahmana itu memilih pindah ke Tumapel meminta perlindungan Ken Arok yang kebetulan sedang mempersiapkan pemberontakan terhadap Kadiri. Setelah mendapat dukungan mereka, Ken Arok pun menyatakan Tumapel sebagai kerajaan merdeka yang lepas dari Kadiri. Sebagai raja pertama ia bergelar Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi.

Kertajaya (dalam Pararaton disebut Dhandhang Gendis), tidak takut menghadapi pemberontakan Tumapel. Ia mengaku hanya dapat dikalahkan oleh Bhatara Siwa. Mendengar sesumbar itu, Ken Arok pun memakai gelar Bhatara Siwa (= Bhatara Guru) dan siap memerangi Kertajaya.

Perang antara Kadiri dan Tumapel terjadi di dekat desa Ganter. Pihak Kadiri kalah. Kertajaya diberitakan naik ke alam dewa, yang mungkin merupakan bahasa kiasan untuk mati.

Tewasnya Ken Arok Ditangan Anak Tirinya
Ken Dedes telah melahirkan empat orang anak Ken Arok, yaitu Mahisa Wonga Teleng, Apanji Saprang, Agnibhaya, dan Dewi Rumbu. Ken Arok juga memiliki selir bernama Ken Umang, yang telah memberinya empat orang anak pula, yaitu Tohjaya, Panji Sudhatu, Tuan Wergola dan Dewi Rambi.

Selain itu, Ken Dedes juga memiliki putra dari Tunggul Ametung yang bernama Anusapati. Semua anaknya Ken Arok berjumlah 9 orang, 7 laki-laki dan 2 wanita.

Anusapati merasa heran pada sikap Ken Arok yang seolah menganaktirikan dirinya, padahal ia merasa sebagai putra tertua. Setelah mendesak ibunya (Ken Dedes), akhirnya Anusapati mengetahui kalau dirinya memang benar-benar anak tiri. Bahkan, ia juga mengetahui kalau ayah kandungnya bernama Tunggul Ametung telah mati dibunuh Ken Arok.

Anusapati berhasil mendapatkan Keris Mpu Gandring yang selama ini disimpan Ken Dedes. Ia kemudian menyuruh pembantunya yang berasal dari desa Batil untuk membunuh Ken Arok. Ken Arok tewas ditusuk dari belakang saat sedang makan sore hari. Anusapati ganti membunuh pembantunya itu untuk menghilangkan jejak.

Peristiwa kematian Ken Arok dalam naskah Pararaton terjadi pada tahun 1247 M (1169).

Thursday 28 July 2016

Memahami Pemakaman Unik di Desa Trunyan Pulau Bali

Memahami Pemakaman Unik di Desa Trunyan Pulau Bali 
Desa Trunyan yang merupakan salah satu wilayah dihuni oleh Suku Bali Aga atau Bali Mula yang masih teguh memegang kepercayaan leluhurnya. Bali Aga atau Bali Mula merupakan suku bangsa yang pertama mendiami Pulau Bali. Hingga kini suku Bali Aga dan segala keunikannya masih dapat ditemui salah satunya di Desa Trunyan.

Dalam keseharian masyarakat Bali pada umumnya beragama “Hindu”, bila ada kerabat yang meninggal maka biasanya dilakukan kremasi atau mengubur jenazah tersebut sesuai dengan diajarkan oleh agama Hindu.

Di Desa Trunyan, jenazah tidak dikubur atau dikremasi seperti yang umumnya terjadi di wilayah lainnya, masyarakat Desa Trunyan menyimpan jenazah kerabatnya yang telah meninggal di atas tanah, dengan ditutupi kain dan bambu yang disusun membentuk prisma. Masyarakat desa Trunyan menamakan upacara pemakamannya dengan istilah Mepasah.

Seperti yang telah disinggung di atas, bahwa dalam mepasah, setelah upacara pembersihan dengan cara dimandikan dengan air hujan, jenazah hanya digeletakan di permukaan tanah. Tempat pembaringan jenazah diberi lobang sekitar 10 hingga 20 cm agar posisi jenazah tidak bergeser akibat kontur tanah pemakaman yang tidak rata.

Kemudian selain bagian wajah, bagian tubuh jenazah dibalut kain berwarna putih. Sebagai penanda, jenazah ditutup dengan bambu yang disusun membentuk prisma yang disebut ancak saji. Yang unik adalah meski pun jenazah diletakan di permukaan tanah, mayat tersebut tidak tercium baunya.

Jenazah tersebut diletakan di antara pohon Taru Menyan, taru berarti pohon dan menyan berarti harum. Kiranya, aroma yang keluar dari pohon taru menyan inilah yang dapat menetralisir udara di sekitarnya.

Pohon yang mengeluarkan aroma khas yang kuat tersebut hanya dapat tumbuh di daerah ini, meskipun telah dicoba ditanam di daerah lain. Keunikan pohon ini agaknya telah menjadi cikal bakal nama desa Trunyan.

Di bawah satu pohon taru menyan, hanya dapat diletakakan maksimal sebelas jenazah. Hal tersebut sudah diatur oleh kepercaan adat setempat. Tetapi ada yang mengatakan bahwa satu pohon taru menyan hanya bisa menetralisir sebelas jenazah, jadi jika lebih dari itu maka jenazah tersebut akan mengeluarkan bau.

Bila ada jenazah yang baru, maka maka satu jenazah yang paling lama akan dipindahkan, ke tempat terbuka, tidak ditutupi dengan kurung ancak saji lagi melainkan disatukan dengan dengan jenazah lainnya dalam tatanan batu atau di bawah pohon.

Maka tidak heran jika di tempat tersebut, terdapat tulang belulang dan barang-barang bekal sesaji seperti sandal, sendok, piring, pakaian, dan lain-lain berserakan di area pemakaman. Hal tersebut memang disengaja karena tidak boleh ada barang yang yang dibawa keluar dari area pemakaman ini.

Tetapi tidak semua jenazah dapat diperlakukan sama seperti yang telah disebutkan. Hanya pada kondisi tertentu saja jenazah dapat dimakamkan seperti ini. Syarat jenazah yang dapat dimakamkan dengan cara tersebut adalah mereka yang pada waktu meninggal termasuk orang-orang yang telah berumah tangga, orang-orang yang masih bujangan dan anak kecil yang gigi susunya telah tanggal, orang-orang yang meninggal dalam keadaan wajar dan tidak terdapat luka yang belum sembuh, serta memiliki bagian tubuh yang lengkap. Jika tidak memenuhi syarat tersebut, maka jenazah disemayamkan dengan cara dikubur.

Adat Desa Trunyan telah mengatur tata cara pemakaman untuk masyarakatnya. Terdapat tiga jenis sema (makam) yang berada di Desa Trunyan dan telah dibedakan berdasar umur orang yang meninggal, keutuhan bagian-bagian tubuh, dan cara penguburannya.

Area pemakaman pertama disebut sebagai sema wayah, tempat pemakaman yang dianggap paling baik dan paling suci, yaitu ketika jenazah dapat dimakamkan dengan cara mepasah. Jenis pemakaman kedua adalah sema muda, di tempat ini jenazah dikebumikan dengan cara dikubur, diperuntukkan bagi anak-anak atau bayi yang gigi susunya belum tanggal.

Jenis ketiga adalah sema bantas, sama halnya dengan sema muda jenazah dikebumikan dengan cara dikubur, namun diperuntukkan bagi orang-orang yang Ulah Pati dan Salah Pati, yaitu pada saat meninggal masih meninggalkan luka dan penyebab kematiannya tidak wajar seperti kecelakaan, kehilangan nyawa disebabkan oleh tindakan owang lain, kehilangan nyawa karena sengaja, dan ada bagian tubuh yang tidak utuh.

Penjelasan mengapa mayat yang diletakan dengan rapi di sema itu tidak menimbulkan bau padahal secara alamiah, tetap terjadi penguraian atas mayat-mayat tersebut ini disebabkan pohon Taru Menyan tersebut, yang bisa mengeluarkan bau harum dan mampu menetralisir bau busuk mayat. Taru berarti pohon, sedang Menyan berarti harum. Pohon Taru Menyan ini, hanya tumbuh di daerah ini. Jadilah Tarumenyan yang kemudian lebih dikenal sebagai Terunyan yang diyakini sebagai asal usul nama desa tersebut.

Menelusuri Lebih Dalam Makna Ritual Kasada Masyarakat Tengger

Menelusuri Lebih Dalam Makna Ritual Kasada Masyarakat Tengger
Upacara Kasada merupakan ritual setahun sekali yang diselenggarakan oleh Masyarakat Tengger. Tengger merupakan dataran tinggi yang letaknya di sekitar gunung Bromo yang meliputi lembah-lembah dan perbukitan. Dataran tinggi ini meliputi beberapa desa antara lain Argosari, Ranupane, Ngadas, Tosari, Wonokitri, dan desa Ngadiwarno. Penemuan prasasti Walandit di sekitaran kawasan Tengger menjadi sebuah titik tolak pengakuan pemuka Masyarakat Tengger mengenai cikal-bakal masyarakat Tengger sendiri.

Masyarakat Tengger memiliki sederetan upacara tradisional yang dipertahankan oleh masyarakatnya, meskipun mereka bukanlah pemeluk agama Hindu. Salah satu upacara yang langgeng dalam masyarakat Tengger adalah upacara Kasada.

Upacara Kasada diselenggarakan setiap tanggal 14 atau bulan purnama mangsa Ashada (Kasada). Berdasarkan pada mantera yang dirapalkan, upacara Kasada merupakan sebuah ritual peringatan akan perjuangan nenek-moyang masyarakat Tengger, yang telah membangun dan melindungi hidup masyarakat Tengger.

Persembahan dalam ritual Kasada

Selain menjadi sebuah ungkapan rasa syukur, masyrakat Tengger juga memohon panen yang berlimpah, memohon tolak bala dan kesembuhan atas berbagai penyakit melalui upacara Kasada. hal ini disimbolkan dengan cara mempersembahkan sesaji ke dalam kawah Bromo. Sementara, masyarakat Tengger lainnya harus menuruni tebing untuk menangkap sesaji yang dilemparkan ke dalam kawah.

Menengok pada sesaji yang dipersembahkan dalam ritual upacara Kasada, terdapat dua jenis sesaji yang dipersembahkan pada Gunung Bromo, yaitu sesaji perorangan dan sesaji desa. Sesaji perorangan biasanya berupa kemenyan, kembang rampai, dan hasil bumi. Sedangkan sesaji desa, merupakan sesaji yang biasanya khusus di buat oleh wong sepuh dan disebut dengan ongkek.

Ongkek merupakan sesaji yang berisi bunga kumitir, bunga tanalayu, bunga waluh, kentang 10 biji, kubis 2 bungkul, kacang-kacangan, daun pakis, daun beringin, daun telotok, daun tebu 2 pucuk, jantung pisang 2 biji, buah pare 2 biji, dan buah pisang 2 sisir.

Dalam pelaksanaan upacara Kasada, masing-masing desa di kawasan Tengger diwajibkan membawa dua ongkek, yang nantinya akan dipersembahkan ke kawah Gunung Bromo. Garam dan air laut merupakan dua hal yang dilarang dalam pembuatan ongkek. Pemberangkatan ongkrek akan dilakukan pada pukul 22.00-01.00. Kemudian, pada pukul 01.00 dukun akan merapalkan mantra, di mana ini juga menjadi salah satu ajang pengangkatan dukun baru Tengger.

Bagi calon dukun yang dinilai dapat merapalkan mantera dengan baik, akan langsung dilantik menjadi dukun baru, saat itu juga. Persembahan sesaji dilakukan sesaat setelah pelantikan dukun tersebut selesai. Selesainya ritual upacara Kasada di tandai dengan terbitnya matahari.

Kuliner Nusantara Purwaceng Viagranya Indonesia

Kuliner Nusantara Purwaceng Viagranya Indonesia  
Liburan ke Dieng, Banjarnegara, hawanya sejuk-sejuk segar. Enaknya mencari minuman hangat khas yang disebut Purwaceng. Minuman ini disebut Viagra ala Jawa.

Purwaceng sebenarnya adalah tumbuhan dengan nama latin Pimpinella pruatjan yang tumbuh di dataran tinggi Dieng. Akarnya yang seperti ginseng, sering diolah untuk campuran minuman kopi yang dijual di kedai-kedai yang ada di Dieng.

Julukan Viagra ala Jawa bukanlah isapan jempol. Dihimpun detikTravel dari beberapa sumber, Kamis (28/7/2016), akar purwaceng adalah afrodisiak yang bisa memperkuat tubuh, melancarkan peredaran darah dan tentunya meningkatkan gairah seksual.

Jadi ketika liburan di Dieng, banyak traveler yang tidak hanya menikmati Candi Arjuna, Telaga Warna dan Kawah Sikidang saja. Saat malam dingin menyelimuti Dieng, segelas purwaceng yang panas tentunya akan menghangatkan tubuh kita.

Tidak sulit memang untuk mencari minuman purwaceng yang dicampur kopi ini di kawasan Dieng. Warung-warung di sekitar tempat parkir kendaraan wisatawan di Candi Dieng, biasanya menyediakan minuman purwaceng.

Kapan lagi bisa menikmati purwaceng? Wisatawan bisa datang dalam acara tahunan Dieng Culture Festival yang biasanya digelar pertengahan tahun dengan acara puncak pencukuran rambut anak gembel di Candi Arjuna.

Dalam festival ini akan ada banyak kegiatan seru seperti pesta lampion, pertunjukan musik dan seni. Jangan lewatkan acara minum purwaceng bersama sebagai minuman khas Dieng. Ribuan gelas disediakan untuk wisatawan, wow!

Purwaceng bisa dibeli wisatawan sebagai oleh-oleh dalam bentuk sachet. Purwaceng ada yang dicampur dengan teh, ada juga yang dicampur dengan kopi. Harganya Rp 40 ribu-70 ribu per paket isi 10 sachet.

Mau greng? Coba dulu minuman purwaceng dari Dieng

Tandu Keramat Jendral Sudirman Yang Setia Membawa Sang Jendral Dimasa Perjuangan

Tandu Keramat Jendral Sudirman Yang Setia Membawa Sang Jendral Dimasa Perjuangan
Monumen Jogja Kembali (Monjali) di sisi utara Yogyakarta menjadi salah satu destinasi penting. Pengunjung bisa menyaksikan jejak-jejak perjuangan tersimpan di monumen berbentuk seperti tumpeng tersebut.

Kawasan Monjali memiliki luas total 5 hektare dengan tinggi bangunan monumen 32 meter. Di dalamnya tersimpan ribuan koleksi benda-benda atau dokumentasi perjuangan masa lalu. Sebagian koleksi merupakan benda keramat dan jadi simbol era perjuangan.

Pemandu sekaligus Juru Bicara Monjali, Abdul Rauf, menyebutkan salah satu koleksi yang cukup unik di Monjali adalah bambu runcing asli dari Kyai Subhi Parakan Temanggung. Bambu runcing ini diserahkan langsung oleh putra Kyai Subhi ke Monjali.

Bambu Runcing ini menjadi ikon perjuangan melawan penjajah saat itu. Menurut dia, bambu runcing yang disimpan di Monjali itu menjadi pembakar semangat dalam mengusir penjajah yang menggunakan alat canggih.

"Bambu runcing Parakan saat itu sangat terkenal. Bambu runcing bisa mengalahkan bedil. Ada keyakinan dan kemantapan setelah memegang itu yakin bisa mengalahkan Belanda," ujar Rauf.

Rauf menyebutkan ada tiga bambu yang disimpan di Monjali. Satu bambu berwarna hitam dengan runcing tajam tampak dipamerkan dalam museum.

"Bambunya biasa. Pring hitam itu ya pring wulung itu biasa sekali. Jadi istimewa mungkin kekuatan doanya itu," kata dia.

Dia menambahkan, Monjali juga menyimpan koleksi dari Jenderal Sudirman. Dokar, tandu dan selop milik Jenderal Sudirman dapat ditemui di Monjali.

"Ada 11 tandu. Ini yang pertama digunakan dari daerah Bedoyo Gunungkidul sampai Eromoko Wonogiri. Tidak semua tersimpan karena ada yang rusak," ujar dia.

Rauf menyebut tandu dan selop milik Jenderal Sudirman merupakan koleksi yang istimewa dan tidak ternilai harganya. Tandu itu jarang keluar dari museum untuk keperluan pameran.

Dari tandu itu, ribuan kisah dapat diceritakan kepada generasi muda. Salah satunya peristiwa Serangan Umum 1 Maret.

Rauf mengatakan dari tandu itu juga dapat diceritakan saat Jenderal Sudirman bergerilya sejauh 1.009 kilometer. Tandu yang berumur sekitar 68 tahun ini selalu dirawat oleh pihak museum.

Salah satunya dengan teknik fumigasi yang menggunakan zat kimia. Teknik bertujuan menjaga agar selimut tandu tersebut tidak sobek.

Legenda Kota : Tank Amfibi dan Seluruh Pasukan Didalamnya Hilang Tenggelam di Danau Ranu Grati

Legenda Kota : Tank Amfibi dan Seluruh Pasukan Didalamnya Hilang Tenggelam di Danau Ranu Grati
Ranu Grati adalah danau , yang terletak dikabupetan Pasuruan. Dalam sejarahnya danau ini pernah menggegerkan Masyarakat Indonesia dengan tragedi tenggelamnya Tank Amfibi beserta seluruh isinya. Peristiwa tragis itu hingga sekarang masih diliputi misteri karena bangkai tank dan seluruh awaknya tak seorangpun berhasil ditemukan.

Peristiwa itu terjadi pada tanggal 17 Oktober 1979. ( Eyang masih bertugas di PT Telkom Pasuruan ) Beberapa kendaraan tank dan Batalyon Zipur 10 Amfibi tembak berdatangan memasuki wilayah Grati melewati jalan-jalan kecil desa menuju danau. Terbertik kabar bahwa hari itu mereka akan mengadakan latihan rutin di Ranu Grati. Bagi anak-anak desa disekitar danau, acara latihan pasukan amfibi itu merupakan tontonan menarik yang tidak boleh dilewatkan.

Bila anak-anak merasa gembira dengan kedatangan pasukan Amfibi, tidak demikan halnya dengan para orang tua dan sesepuh desa, meraka merasa tegang dan resah. Rasa khawatir akan adanya terjadi sesuatu marabahaya yang menelan jiwa peserta latihan. Hal ini disebabkan mitos Ranu Grati yang di jaga ular super besar bernama Nogo Baru Klinting. Yang setiap saat bisa menelan siapa saja yang mengusik ketenangannya, termasuk para Marinir dari TNI AL.

Para sesepuh desa merasa khawatir acara Latihan perang Amfibi diperairan Ranu Grati bakal mengusik ketenangan Baru Klinting. Itulah sebabnya meraka mencoba menghalangi adanya kecelakaan yang berakibat hilangnya nya pada acara latihan itu. Beberapa orang sesepuh desa menyarankan pada anggota Marinir yang berniat latihan itu agar sebelum turun ke air mengadakan ritual terlebih dahulu. Ritual itu juga mengadakan acara selamatan dengan memandikan para anggota Pasukan Amfibi dengan air bunga kamboja.

Selain itu, adapula yang menganjurkan agar latihan Psaukan Amfibi pagi itu ditunda. Hal ini desebabkan salah seorang yang dipercaya dapat berkomunikasi dengan makhluk halus penjaga Danau menyatakan bahwa pagi itu Baru Klinting sedang mengadakan sebuah pesta dengan Ratu Pantai Selatan. Sampai saat ini banyak masyarakat yang masih percaya bahwa penghuni gaib Ranu Grati berhubungan dengan gaib Pantai Selatan Laut Jawa.

Baca Juga : Legenda Danau Ranu Grati dan Naga Baru Klinting Pasuruan Jawa Timur

Semua saran dan alasan yang tidak dapat diterima secara logika itu ditolak mentah-mentah oleh penyelenggara latihan yang melibatkan Pasukan Amfibi. Meraka lebih percaya dengan hasil survei yang telah dilakukan sebelum mereka turun kelapangan, karena seperti biasa setiap kali sebelum latihan selalu diawali dengan rencana latihan atau rencana lapangan ( renlap ). Sesuai dengan rencana pagi itu meraka tetap mengadakan latihan dengan menurunkan 7 buah Tank Amfibi keperaiaran Ranu Grati.
Sebelum tank Amfibi beserta awaknya turun keair, sempat terjadi perbedaan antara orang sesepuh desa dengan angota Pasukan Amfibil. Menurut saksi mata yang menyaksikan jalannya perdebatan bernama Hamzah telah mengingatkan kepada komandan latihan.
“ Pak, sebaiknya jangan latihan sekarang,” kata Hamzah, menirukan ucapan sesepuh desa yang bernama Suliati. ”Bila bapak-bapak akan latihan, sebaiknya nanti siang saja, “ lanjut sesepuh itu.
“ Mengapa ?” Tanya jawab salah seorang anggota pasukan, dengan nada merasa kurang senang ada orang lain yang ikut campur dalam tugasnya.
“ Berbahaya pak!, Jaka Baru (sebutan untuk Naga Baru Klinting) bisa marah!”, kenangnya cemas.
“ Biarlah, saya ingin melihat kumisnya Jaka Baru, “ tampang orang itu sambil bergurau dan tertawa-tawa. Teman-temannya yang mendengar percakapan itupun ikut tertawa, namun diam-diam beberapa orang warga yang hadir tampak mulai khawatir atas penolakan usulnya oleh sang komandan latihan.

Sulihati merasa kecewa karena para anggota pasukan Amfibi itu tidak mau mengikuti sarannya. “ Sudahlah Mbah. Sul para perwira yang gagah berani itu mana mungkin percaya dengan cerita kita, “ kata beberapa sesepuh desa lainnya,
Para anggota paukan Amfibi itu memang pernah mendengar cerita tentang legenda Baru Klinting yang dipercaya penduduk sekitar sebagai sang penunggu yang sesekali minta korban persembahan.

Meraka merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena telah mengadakan persiapan latihan yang secara matang, lagipula apakah arti latihan danau dibandingkan dengan latihan di laut, seperti yang selama ini telah meraka lakukan bahkan berinbu kali, pikir mereka. Latihan di laut tentu lebih banyak tantangannya dibandingkan dengan latihan di sebuah danau yang luas dan kedalamannya tidak seberapa.

Sebenarnya ada juga beberapa orang diantara anggota pasuka anggota amfibi yang sejak semula kurang setuju untuk mengadakan latihan di Ranu Grati. Mereka lebih suka latihan di daerah laut Semedu Sari Nguling, seperti yang selama ini biasa meraka lakukan. Disamping kekhawatiran akan adanya perbedaan antara laut yang asin dan air tawar yang ada di danau Grati, akan berpengaruh pada latihan mereka. Keberadaan Ranu Grati yang dikenal sangat angker cukup membuat ciut hati mereka.

Tenggelamnya Misterius…
Mbah Sulihati kembali menuturkan Bahwasanya ada salah seorang anggota pasukan batalyon Zipur 10 Amfibi, Serka Sayyadi yang saat itu ikut serta dalam latihan di Ranu Grati. Serka Sayyadi merupakan salah seorang dari pelaku sejarah yang sampai saat ini masih hidup. Saat kejadian itu berlangsung beliau masih sangat muda dan berpangkat Prada. Menurut cerita Serka Sayyadi, pada saat itu dia dan teman-tamannya dari BTR 50 Amfibi akan mengadakan latihan rutin dibawah pinpinan Komandan BTR. Subiyoto dan Wadang Aminuddin Sobli.

Saat itu ada 7 kendaraan tank yang bergerak menuju Ranu Grati siap mengadakan latihan. Setelah sampai ditepi danau, Sayyadi dan teman-temannya beristirahat sebentar. Dalm latihan itu melibatkan 2 kompi pasukan amfibi yang hendak mengadakan latihan secara bergelombang. Gelombang pertama ada 6 Tank. Tiap tank berisi 20 orang awak. Seorang jurumudi dan seorang pembantu jurumudi. Jadi jumlahnya pasukan yang berada didalam setiap tank sebanyak 22 orang.

Seorang komandan tank berjaga diluar ( diatas tank ) sebagai penunjuk arah, dengan demikian jumlah seluruh pasukan pada tiap tank sebanyak 23 0rang.Tepat pukul 08.30 pagi, acara latihan dimulai. Anggota pasukan amfibi memasuki kendaraan masin-masing pintu tank ditutup rapat, kemudian itu mulai turun ke air. Naas tak dapat ditolak, ternyata salah satu dari 7 konvoi itu saat memasuki air, terus tenggelam tanpa diketahui sebab-sebabnya. Tank Amfibi yang tenggelam itu adalah Tank yang berada di sebelah kanan Tank yang ditunpangi Serka Sayyadi.

Menurut Serka Sayyadi, ia melihat sosok bayangan ular yang amat besar membelit tubuh tank yang ditumpangi sejumlah prajurit. Tank beserta prajurit sosok ular penunggu Ranu Grati bernama Baru Klinting dan tak pernah ditemukan hingga kini. Untuk mengenang kejadian yang terjadi pada 17 Oktober 1979 itu, pihak TNI Angkatan Laut membangun sebuah monument, tugu peringatan yang berlokasi di sebelah timur danau.
Berikut adalah nama-nama prajurit yang tidak diketahui rimbanya di danau Ranu hingga kini:

Nama-nama anggota Amfibi yang tewas dalam peristiwa tenggelamnya tank di Ranu Grati:

1.Serda Gino 476872
2.Prada Suhartono 7755153682
3.Koptu Sukarjo 409675
4.Prada Musyanto 7755153641
5.Koptu Bohir 409321
6.Prada Bachtiar 7756153860
7.Koptu Suwarto 741486
8.Prada Firdaus A. 7755153737
9.Koptu Sukardi 409788
10.Prada Susdiyono 7756153850
11.Koptu Tukirin 409815
12.Prada Setu 7757153920
13. Koptu Sutarto 7758154060
14.Prada Moch. Kosim 7757153951
15.Koptu Edi Agustina 7757157556
16.Prada Ralip 7755153652
17.Prada Sutedjo 7757153939
18.Prada Urip S. 7755153696