Monday 18 April 2016

Asal usul dan Sejarah Kota Surabaya Ibu Kota Jawa Timur

Asal usul dan Sejarah Kota Surabaya Ibu Kota Jawa Timur
Surabaya pasti kita tau Ibu kota Jawa Timur, dan kota kedua terbesar di Indonesia setelah Ibu kota Jakarta,  kata Surabaya dalam bahasa Jawa Kuna adalah Sura dan bhaya sering diartikan secara filosofi sebagai lambang perjuangan antara darat dan air. Dari kata Surabaya juga muncul mitos pertempuran antara ikan sura/suro (ikan hiu) dan baya/boyo (buaya), yang menimbulkan dugaan bahwa terbentuknya nama "Surabaya" muncul setelah terjadinya pertempuran tersebut.

kota Surabaya memiliki luas sekitar 333,063 km². Surabaya dilayani oleh sebuah bandar udara, yakni Bandar Udara Internasional Juanda, serta dua pelabuhan, yakni Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Ujung. Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat heroik saat melawan penjajah dalam perjuangan Arek-Arek Suroboyo.

Bukti sejarah menunjukkan bahwa Surabaya sudah ada jauh sebelum zaman kolonial, seperti yang tercantum dalam prasasti Trowulan I, berangka 1358 M. Dalam prasasti tersebut terungkap bahwa Surabaya (Churabhaya) masih berupa desa di tepi sungai Brantas dan juga sebagai salah satu tempat penyeberangan penting sepanjang daerah aliran sungai Brantas.

Surabaya juga tercantum dalam pujasastra Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Empu PrapaƱca yang bercerita tentang perjalanan pesiar Raja Hayam Wuruk pada tahun 1365 M dalam pupuh XVII (bait ke-5, baris terakhir).

Walaupun bukti tertulis tertua mencantumkan nama Surabaya berangka tahun 1358 M (Prasasti Trowulan) dan 1365 M (Nagarakretagama), para ahli menduga bahwa wilayah Surabaya sudah ada sebelum tahun-tahun tersebut.

Von Faber budayawan Surabaya berkebangsaan Jerman berpendapat, wilayah Surabaya didirikan tahun 1275 M oleh Raja Kertanegara sebagai tempat permukiman baru bagi para prajuritnya yang berhasil menumpas pemberontakan Kemuruhan di tahun 1270 M. Pendapat yang lainnya mengatakan bahwa Surabaya dahulu merupakan sebuah daerah yang bernama Ujung Galuh.

Sedangkan menurut versi lain, bahwa Surabaya berasal dari cerita tentang perkelahian hidup dan mati antara Adipati Jayengrono dan Sawunggaling. Setelah mengalahkan pasukan Kekaisaran Mongol utusan Kubilai Khan atau yang dikenal dengan pasukan Tartarnya.

Raden Wijaya mendirikan sebuah keraton di daerah Ujung Galuh dan menempatkan Adipati Jayengrono untuk memimpin daerah itu. Lama-lama karena menguasai ilmu buaya, Jayengrono semakin kuat dan mandiri sehingga mengancam kedaulatan Kerajaan Majapahit. Untuk menaklukkan Jayengrono, maka diutuslah Sawunggaling yang menguasai ilmu sura.

Perang tanding adu kesaktian dilakukan di pinggir Kali Mas, di wilayah Peneleh. Perkelahian itu berlangsung selama tujuh hari tujuh malam dan berakhir dengan tragis, karena keduanya meninggal setelah kehilangan tenaga.

Nama Surabhaya dikukuhkan sebagai nama resmi pada abad ke-14 oleh penguasa Ujung Galuh, Arya Lembu Sora.

Kota Surabaya dahulu merupakan gerbang utama untuk memasuki ibu kota Kerajaan Majapahit dari arah lautan, yakni di muara Kali Mas. Bahkan hari jadi kota Surabaya ditetapkan yaitu pada tanggal 31 Mei 1293. Hari itu sebenarnya merupakan hari kemenangan pasukan Majapahit yang dipimpin Raden Wijaya terhadap serangan pasukan Mongol.

Pasukan Mongol yang datang dari laut digambarkan sebagai SURA (ikan hiu/berani) dan pasukan Raden Wijaya yang datang dari darat digambarkan sebagai BAYA (buaya/bahaya), jadi secara harfiah diartikan berani menghadapi bahaya yang datang mengancam. Maka hari kemenangan itu diperingati sebagai hari jadi Surabaya.

0 komentar:

Post a Comment