Friday 29 July 2016

Tokoh Nusantara : Kisah Ken Arok Sang Begal yang Menjadi Raja

Tokoh Nusantara : Kisah Ken Arok Sang Begal yang Menjadi Raja 
Ken Arok lahir di Jawa Timur pada tahun 1182, wafat di Jawa Timur pada tahun 1247 atau 1227, adalah pendiri Kerajaan Tumapel (terkenal dengan nama Singhasari), Ia memerintah sebagai raja pertama bergelar Rajasa pada tahun 1222 - 1227 (atau 1247).

Tentang Asal Usul Ken Arok
Ken Arok adalah putra dari Gajah Para dari desa Campara (Bacem, Sutojayan, Blitar) dengan seorang wanita desa Pangkur (Jiwut, Nglegok, Blitar) bernama Ken Ndok. Gajah adalah nama jabatan setara wedana (pembantu adipati) pada era kerajaan Kediri. Sebelum Ken Arok lahir ayahnya telah meninggal dunia saat ia dalam kandungan, dan saat itu Ken Ndok telah direbut oleh raja Kediri. Oleh ibunya, bayi Ken Arok dibuang di sebuah pemakaman, hingga kemudian ditemukan dan diasuh oleh seorang pencuri bernama Lembong.

Ken Arok tumbuh menjadi berandalan yang lihai mencuri dan gemar berjudi, sehingga membebani Lembong dengan banyak hutang. Lembong pun mengusirnya. Ia kemudian diasuh oleh Bango Samparan, seorang penjudi dari desa Karuman (sekarang Garum, Blitar) yang menganggapnya sebagai pembawa keberuntungan.

Ken Arok tidak betah hidup menjadi anak angkat Genukbuntu, istri tua Bango Samparan dan Istri mudanya bernama Thirthaja. Istri muda Bango Samparan mempunyai 5 anak, yaitu Panji Bawuk, Panji Kuncang, Panji Kunal, Panji Kenengkung dan yang bungsu wanita bernama Cucupuranti. Ia kemudian bersahabat dengan Tita, anak kepala desa Siganggeng, sekarang Senggreng, Sumberpucung, Malang. Keduanya pun menjadi pasangan perampok yang ditakuti di seluruh kawasan Kerajaan Kadiri.

Akhirnya, Ken Arok bertemu seorang brahmana dari India bernama Lohgawe, yang datang ke tanah Jawa mencari titisan Wisnu. Dari ciri-ciri yang ditemukan, Lohgawe yakin kalau Ken Arok adalah orang yang dicarinya. Berdasarkan Serat Pararaton juga, Ken Arok (disebut pula Ken AÅ‹grok) digambarkan juga sebagai keturunan Dewa Brahma. Hal ini hanya untuk simbolis menggambarkan perbedaan status sosial kognitif si calon raja di kemudian hari daripada anak-anak seusianya saat itu.

Perjalanan Karir Ken Arok
Tumapel merupakan salah satu daerah bawahan Kerajaan Kadiri. Yang menjadi akuwu (setara camat zaman sekarang) Tumapel saat itu bernama Tunggul Ametung.Atas bantuan Lohgawe, Ken Arok dapat diterima bekerja sebagai pengawal Tunggul Ametung.

Ken Arok kemudian tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul Ametung yang cantik. Apalagi Lohgawe juga meramalkan kalau Ken Dedes akan menurunkan raja-raja tanah Jawa. Hal itu semakin membuat Ken Arok berhasrat untuk merebut Ken Dedes, meskipun tidak direstui Lohgawe.

Ken Arok membutuhkan sebilah keris ampuh untuk membunuh Tunggul Ametung yang terkenal sakti. Bango Samparan pun memperkenalkan Ken Arok pada sahabatnya yang bernama Mpu Gandring dari desa Lulumbang, sekarang Plumbangan, Doko, Blitar (Sukatman, 2012), yaitu seorang ahli pembuat pusaka ampuh.

Mpu Gandring sanggup membuatkan sebilah keris ampuh dalam waktu setahun. Ken Arok tidak sabar. Lima bulan kemudian ia datang mengambil pesanan. Keris yang belum sempurna itu direbut dan ditusukkan ke dada Mpu Gandring sampai tewas. Dalam sekaratnya, Mpu Gandring mengucapkan kutukan bahwa keris itu nantinya akan membunuh 7 orang raja, termasuk Ken Arok sendiri dan anak cucunya.

Ken Arok Merebut Tumapel dan Ken Dedes
Kembali ke Tumapel, Ken Arok menjalankan rencananya untuk merebut kekuasaan Tunggul Ametung. Mula-mula ia meminjamkan keris pusakanya pada Kebo Hijo[1], rekan sesama pengawal. Kebo Hijo dengan bangga memamerkan keris itu sebagai miliknya kepada semua orang yang ia temui, sehingga semua orang mengira bahwa keris itu adalah milik Kebo Hijo. Dengan demikian, siasat Ken Arok berhasil.

Malam berikutnya, Ken Arok mencuri keris pusaka itu dari tangan Kebo Hijo yang sedang mabuk arak. Ia lalu menyusup ke kamar tidur Tunggul Ametung dan membunuh majikannya itu di atas ranjang. Ken Dedes menjadi saksi pembunuhan suaminya. Namun hatinya luluh oleh rayuan Ken Arok. Lagi pula, Ken Dedes menikah dengan Tunggul Ametung dilandasi rasa keterpaksaan.

Pagi harinya, Kebo Hijo dihukum mati karena kerisnya ditemukan menancap pada mayat Tunggul Ametung. Ken Arok lalu mengangkat dirinya sendiri sebagai akuwu baru di Tumapel dan menikahi Ken Dedes. Tidak seorang pun yang berani menentang kepustusan itu. Ken Dedes sendiri saat itu sedang mengandung anak Tunggul Ametung, bernama Anusapati, disebut juga Panji Anengah.

Pada tahun 1222 terjadi perselisihan antara Kertajaya raja Kadiri dengan para brahmana. Para brahmana itu memilih pindah ke Tumapel meminta perlindungan Ken Arok yang kebetulan sedang mempersiapkan pemberontakan terhadap Kadiri. Setelah mendapat dukungan mereka, Ken Arok pun menyatakan Tumapel sebagai kerajaan merdeka yang lepas dari Kadiri. Sebagai raja pertama ia bergelar Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi.

Kertajaya (dalam Pararaton disebut Dhandhang Gendis), tidak takut menghadapi pemberontakan Tumapel. Ia mengaku hanya dapat dikalahkan oleh Bhatara Siwa. Mendengar sesumbar itu, Ken Arok pun memakai gelar Bhatara Siwa (= Bhatara Guru) dan siap memerangi Kertajaya.

Perang antara Kadiri dan Tumapel terjadi di dekat desa Ganter. Pihak Kadiri kalah. Kertajaya diberitakan naik ke alam dewa, yang mungkin merupakan bahasa kiasan untuk mati.

Tewasnya Ken Arok Ditangan Anak Tirinya
Ken Dedes telah melahirkan empat orang anak Ken Arok, yaitu Mahisa Wonga Teleng, Apanji Saprang, Agnibhaya, dan Dewi Rumbu. Ken Arok juga memiliki selir bernama Ken Umang, yang telah memberinya empat orang anak pula, yaitu Tohjaya, Panji Sudhatu, Tuan Wergola dan Dewi Rambi.

Selain itu, Ken Dedes juga memiliki putra dari Tunggul Ametung yang bernama Anusapati. Semua anaknya Ken Arok berjumlah 9 orang, 7 laki-laki dan 2 wanita.

Anusapati merasa heran pada sikap Ken Arok yang seolah menganaktirikan dirinya, padahal ia merasa sebagai putra tertua. Setelah mendesak ibunya (Ken Dedes), akhirnya Anusapati mengetahui kalau dirinya memang benar-benar anak tiri. Bahkan, ia juga mengetahui kalau ayah kandungnya bernama Tunggul Ametung telah mati dibunuh Ken Arok.

Anusapati berhasil mendapatkan Keris Mpu Gandring yang selama ini disimpan Ken Dedes. Ia kemudian menyuruh pembantunya yang berasal dari desa Batil untuk membunuh Ken Arok. Ken Arok tewas ditusuk dari belakang saat sedang makan sore hari. Anusapati ganti membunuh pembantunya itu untuk menghilangkan jejak.

Peristiwa kematian Ken Arok dalam naskah Pararaton terjadi pada tahun 1247 M (1169).

Thursday 28 July 2016

Memahami Pemakaman Unik di Desa Trunyan Pulau Bali

Memahami Pemakaman Unik di Desa Trunyan Pulau Bali 
Desa Trunyan yang merupakan salah satu wilayah dihuni oleh Suku Bali Aga atau Bali Mula yang masih teguh memegang kepercayaan leluhurnya. Bali Aga atau Bali Mula merupakan suku bangsa yang pertama mendiami Pulau Bali. Hingga kini suku Bali Aga dan segala keunikannya masih dapat ditemui salah satunya di Desa Trunyan.

Dalam keseharian masyarakat Bali pada umumnya beragama “Hindu”, bila ada kerabat yang meninggal maka biasanya dilakukan kremasi atau mengubur jenazah tersebut sesuai dengan diajarkan oleh agama Hindu.

Di Desa Trunyan, jenazah tidak dikubur atau dikremasi seperti yang umumnya terjadi di wilayah lainnya, masyarakat Desa Trunyan menyimpan jenazah kerabatnya yang telah meninggal di atas tanah, dengan ditutupi kain dan bambu yang disusun membentuk prisma. Masyarakat desa Trunyan menamakan upacara pemakamannya dengan istilah Mepasah.

Seperti yang telah disinggung di atas, bahwa dalam mepasah, setelah upacara pembersihan dengan cara dimandikan dengan air hujan, jenazah hanya digeletakan di permukaan tanah. Tempat pembaringan jenazah diberi lobang sekitar 10 hingga 20 cm agar posisi jenazah tidak bergeser akibat kontur tanah pemakaman yang tidak rata.

Kemudian selain bagian wajah, bagian tubuh jenazah dibalut kain berwarna putih. Sebagai penanda, jenazah ditutup dengan bambu yang disusun membentuk prisma yang disebut ancak saji. Yang unik adalah meski pun jenazah diletakan di permukaan tanah, mayat tersebut tidak tercium baunya.

Jenazah tersebut diletakan di antara pohon Taru Menyan, taru berarti pohon dan menyan berarti harum. Kiranya, aroma yang keluar dari pohon taru menyan inilah yang dapat menetralisir udara di sekitarnya.

Pohon yang mengeluarkan aroma khas yang kuat tersebut hanya dapat tumbuh di daerah ini, meskipun telah dicoba ditanam di daerah lain. Keunikan pohon ini agaknya telah menjadi cikal bakal nama desa Trunyan.

Di bawah satu pohon taru menyan, hanya dapat diletakakan maksimal sebelas jenazah. Hal tersebut sudah diatur oleh kepercaan adat setempat. Tetapi ada yang mengatakan bahwa satu pohon taru menyan hanya bisa menetralisir sebelas jenazah, jadi jika lebih dari itu maka jenazah tersebut akan mengeluarkan bau.

Bila ada jenazah yang baru, maka maka satu jenazah yang paling lama akan dipindahkan, ke tempat terbuka, tidak ditutupi dengan kurung ancak saji lagi melainkan disatukan dengan dengan jenazah lainnya dalam tatanan batu atau di bawah pohon.

Maka tidak heran jika di tempat tersebut, terdapat tulang belulang dan barang-barang bekal sesaji seperti sandal, sendok, piring, pakaian, dan lain-lain berserakan di area pemakaman. Hal tersebut memang disengaja karena tidak boleh ada barang yang yang dibawa keluar dari area pemakaman ini.

Tetapi tidak semua jenazah dapat diperlakukan sama seperti yang telah disebutkan. Hanya pada kondisi tertentu saja jenazah dapat dimakamkan seperti ini. Syarat jenazah yang dapat dimakamkan dengan cara tersebut adalah mereka yang pada waktu meninggal termasuk orang-orang yang telah berumah tangga, orang-orang yang masih bujangan dan anak kecil yang gigi susunya telah tanggal, orang-orang yang meninggal dalam keadaan wajar dan tidak terdapat luka yang belum sembuh, serta memiliki bagian tubuh yang lengkap. Jika tidak memenuhi syarat tersebut, maka jenazah disemayamkan dengan cara dikubur.

Adat Desa Trunyan telah mengatur tata cara pemakaman untuk masyarakatnya. Terdapat tiga jenis sema (makam) yang berada di Desa Trunyan dan telah dibedakan berdasar umur orang yang meninggal, keutuhan bagian-bagian tubuh, dan cara penguburannya.

Area pemakaman pertama disebut sebagai sema wayah, tempat pemakaman yang dianggap paling baik dan paling suci, yaitu ketika jenazah dapat dimakamkan dengan cara mepasah. Jenis pemakaman kedua adalah sema muda, di tempat ini jenazah dikebumikan dengan cara dikubur, diperuntukkan bagi anak-anak atau bayi yang gigi susunya belum tanggal.

Jenis ketiga adalah sema bantas, sama halnya dengan sema muda jenazah dikebumikan dengan cara dikubur, namun diperuntukkan bagi orang-orang yang Ulah Pati dan Salah Pati, yaitu pada saat meninggal masih meninggalkan luka dan penyebab kematiannya tidak wajar seperti kecelakaan, kehilangan nyawa disebabkan oleh tindakan owang lain, kehilangan nyawa karena sengaja, dan ada bagian tubuh yang tidak utuh.

Penjelasan mengapa mayat yang diletakan dengan rapi di sema itu tidak menimbulkan bau padahal secara alamiah, tetap terjadi penguraian atas mayat-mayat tersebut ini disebabkan pohon Taru Menyan tersebut, yang bisa mengeluarkan bau harum dan mampu menetralisir bau busuk mayat. Taru berarti pohon, sedang Menyan berarti harum. Pohon Taru Menyan ini, hanya tumbuh di daerah ini. Jadilah Tarumenyan yang kemudian lebih dikenal sebagai Terunyan yang diyakini sebagai asal usul nama desa tersebut.

Menelusuri Lebih Dalam Makna Ritual Kasada Masyarakat Tengger

Menelusuri Lebih Dalam Makna Ritual Kasada Masyarakat Tengger
Upacara Kasada merupakan ritual setahun sekali yang diselenggarakan oleh Masyarakat Tengger. Tengger merupakan dataran tinggi yang letaknya di sekitar gunung Bromo yang meliputi lembah-lembah dan perbukitan. Dataran tinggi ini meliputi beberapa desa antara lain Argosari, Ranupane, Ngadas, Tosari, Wonokitri, dan desa Ngadiwarno. Penemuan prasasti Walandit di sekitaran kawasan Tengger menjadi sebuah titik tolak pengakuan pemuka Masyarakat Tengger mengenai cikal-bakal masyarakat Tengger sendiri.

Masyarakat Tengger memiliki sederetan upacara tradisional yang dipertahankan oleh masyarakatnya, meskipun mereka bukanlah pemeluk agama Hindu. Salah satu upacara yang langgeng dalam masyarakat Tengger adalah upacara Kasada.

Upacara Kasada diselenggarakan setiap tanggal 14 atau bulan purnama mangsa Ashada (Kasada). Berdasarkan pada mantera yang dirapalkan, upacara Kasada merupakan sebuah ritual peringatan akan perjuangan nenek-moyang masyarakat Tengger, yang telah membangun dan melindungi hidup masyarakat Tengger.

Persembahan dalam ritual Kasada

Selain menjadi sebuah ungkapan rasa syukur, masyrakat Tengger juga memohon panen yang berlimpah, memohon tolak bala dan kesembuhan atas berbagai penyakit melalui upacara Kasada. hal ini disimbolkan dengan cara mempersembahkan sesaji ke dalam kawah Bromo. Sementara, masyarakat Tengger lainnya harus menuruni tebing untuk menangkap sesaji yang dilemparkan ke dalam kawah.

Menengok pada sesaji yang dipersembahkan dalam ritual upacara Kasada, terdapat dua jenis sesaji yang dipersembahkan pada Gunung Bromo, yaitu sesaji perorangan dan sesaji desa. Sesaji perorangan biasanya berupa kemenyan, kembang rampai, dan hasil bumi. Sedangkan sesaji desa, merupakan sesaji yang biasanya khusus di buat oleh wong sepuh dan disebut dengan ongkek.

Ongkek merupakan sesaji yang berisi bunga kumitir, bunga tanalayu, bunga waluh, kentang 10 biji, kubis 2 bungkul, kacang-kacangan, daun pakis, daun beringin, daun telotok, daun tebu 2 pucuk, jantung pisang 2 biji, buah pare 2 biji, dan buah pisang 2 sisir.

Dalam pelaksanaan upacara Kasada, masing-masing desa di kawasan Tengger diwajibkan membawa dua ongkek, yang nantinya akan dipersembahkan ke kawah Gunung Bromo. Garam dan air laut merupakan dua hal yang dilarang dalam pembuatan ongkek. Pemberangkatan ongkrek akan dilakukan pada pukul 22.00-01.00. Kemudian, pada pukul 01.00 dukun akan merapalkan mantra, di mana ini juga menjadi salah satu ajang pengangkatan dukun baru Tengger.

Bagi calon dukun yang dinilai dapat merapalkan mantera dengan baik, akan langsung dilantik menjadi dukun baru, saat itu juga. Persembahan sesaji dilakukan sesaat setelah pelantikan dukun tersebut selesai. Selesainya ritual upacara Kasada di tandai dengan terbitnya matahari.

Kuliner Nusantara Purwaceng Viagranya Indonesia

Kuliner Nusantara Purwaceng Viagranya Indonesia  
Liburan ke Dieng, Banjarnegara, hawanya sejuk-sejuk segar. Enaknya mencari minuman hangat khas yang disebut Purwaceng. Minuman ini disebut Viagra ala Jawa.

Purwaceng sebenarnya adalah tumbuhan dengan nama latin Pimpinella pruatjan yang tumbuh di dataran tinggi Dieng. Akarnya yang seperti ginseng, sering diolah untuk campuran minuman kopi yang dijual di kedai-kedai yang ada di Dieng.

Julukan Viagra ala Jawa bukanlah isapan jempol. Dihimpun detikTravel dari beberapa sumber, Kamis (28/7/2016), akar purwaceng adalah afrodisiak yang bisa memperkuat tubuh, melancarkan peredaran darah dan tentunya meningkatkan gairah seksual.

Jadi ketika liburan di Dieng, banyak traveler yang tidak hanya menikmati Candi Arjuna, Telaga Warna dan Kawah Sikidang saja. Saat malam dingin menyelimuti Dieng, segelas purwaceng yang panas tentunya akan menghangatkan tubuh kita.

Tidak sulit memang untuk mencari minuman purwaceng yang dicampur kopi ini di kawasan Dieng. Warung-warung di sekitar tempat parkir kendaraan wisatawan di Candi Dieng, biasanya menyediakan minuman purwaceng.

Kapan lagi bisa menikmati purwaceng? Wisatawan bisa datang dalam acara tahunan Dieng Culture Festival yang biasanya digelar pertengahan tahun dengan acara puncak pencukuran rambut anak gembel di Candi Arjuna.

Dalam festival ini akan ada banyak kegiatan seru seperti pesta lampion, pertunjukan musik dan seni. Jangan lewatkan acara minum purwaceng bersama sebagai minuman khas Dieng. Ribuan gelas disediakan untuk wisatawan, wow!

Purwaceng bisa dibeli wisatawan sebagai oleh-oleh dalam bentuk sachet. Purwaceng ada yang dicampur dengan teh, ada juga yang dicampur dengan kopi. Harganya Rp 40 ribu-70 ribu per paket isi 10 sachet.

Mau greng? Coba dulu minuman purwaceng dari Dieng

Tandu Keramat Jendral Sudirman Yang Setia Membawa Sang Jendral Dimasa Perjuangan

Tandu Keramat Jendral Sudirman Yang Setia Membawa Sang Jendral Dimasa Perjuangan
Monumen Jogja Kembali (Monjali) di sisi utara Yogyakarta menjadi salah satu destinasi penting. Pengunjung bisa menyaksikan jejak-jejak perjuangan tersimpan di monumen berbentuk seperti tumpeng tersebut.

Kawasan Monjali memiliki luas total 5 hektare dengan tinggi bangunan monumen 32 meter. Di dalamnya tersimpan ribuan koleksi benda-benda atau dokumentasi perjuangan masa lalu. Sebagian koleksi merupakan benda keramat dan jadi simbol era perjuangan.

Pemandu sekaligus Juru Bicara Monjali, Abdul Rauf, menyebutkan salah satu koleksi yang cukup unik di Monjali adalah bambu runcing asli dari Kyai Subhi Parakan Temanggung. Bambu runcing ini diserahkan langsung oleh putra Kyai Subhi ke Monjali.

Bambu Runcing ini menjadi ikon perjuangan melawan penjajah saat itu. Menurut dia, bambu runcing yang disimpan di Monjali itu menjadi pembakar semangat dalam mengusir penjajah yang menggunakan alat canggih.

"Bambu runcing Parakan saat itu sangat terkenal. Bambu runcing bisa mengalahkan bedil. Ada keyakinan dan kemantapan setelah memegang itu yakin bisa mengalahkan Belanda," ujar Rauf.

Rauf menyebutkan ada tiga bambu yang disimpan di Monjali. Satu bambu berwarna hitam dengan runcing tajam tampak dipamerkan dalam museum.

"Bambunya biasa. Pring hitam itu ya pring wulung itu biasa sekali. Jadi istimewa mungkin kekuatan doanya itu," kata dia.

Dia menambahkan, Monjali juga menyimpan koleksi dari Jenderal Sudirman. Dokar, tandu dan selop milik Jenderal Sudirman dapat ditemui di Monjali.

"Ada 11 tandu. Ini yang pertama digunakan dari daerah Bedoyo Gunungkidul sampai Eromoko Wonogiri. Tidak semua tersimpan karena ada yang rusak," ujar dia.

Rauf menyebut tandu dan selop milik Jenderal Sudirman merupakan koleksi yang istimewa dan tidak ternilai harganya. Tandu itu jarang keluar dari museum untuk keperluan pameran.

Dari tandu itu, ribuan kisah dapat diceritakan kepada generasi muda. Salah satunya peristiwa Serangan Umum 1 Maret.

Rauf mengatakan dari tandu itu juga dapat diceritakan saat Jenderal Sudirman bergerilya sejauh 1.009 kilometer. Tandu yang berumur sekitar 68 tahun ini selalu dirawat oleh pihak museum.

Salah satunya dengan teknik fumigasi yang menggunakan zat kimia. Teknik bertujuan menjaga agar selimut tandu tersebut tidak sobek.

Legenda Kota : Tank Amfibi dan Seluruh Pasukan Didalamnya Hilang Tenggelam di Danau Ranu Grati

Legenda Kota : Tank Amfibi dan Seluruh Pasukan Didalamnya Hilang Tenggelam di Danau Ranu Grati
Ranu Grati adalah danau , yang terletak dikabupetan Pasuruan. Dalam sejarahnya danau ini pernah menggegerkan Masyarakat Indonesia dengan tragedi tenggelamnya Tank Amfibi beserta seluruh isinya. Peristiwa tragis itu hingga sekarang masih diliputi misteri karena bangkai tank dan seluruh awaknya tak seorangpun berhasil ditemukan.

Peristiwa itu terjadi pada tanggal 17 Oktober 1979. ( Eyang masih bertugas di PT Telkom Pasuruan ) Beberapa kendaraan tank dan Batalyon Zipur 10 Amfibi tembak berdatangan memasuki wilayah Grati melewati jalan-jalan kecil desa menuju danau. Terbertik kabar bahwa hari itu mereka akan mengadakan latihan rutin di Ranu Grati. Bagi anak-anak desa disekitar danau, acara latihan pasukan amfibi itu merupakan tontonan menarik yang tidak boleh dilewatkan.

Bila anak-anak merasa gembira dengan kedatangan pasukan Amfibi, tidak demikan halnya dengan para orang tua dan sesepuh desa, meraka merasa tegang dan resah. Rasa khawatir akan adanya terjadi sesuatu marabahaya yang menelan jiwa peserta latihan. Hal ini disebabkan mitos Ranu Grati yang di jaga ular super besar bernama Nogo Baru Klinting. Yang setiap saat bisa menelan siapa saja yang mengusik ketenangannya, termasuk para Marinir dari TNI AL.

Para sesepuh desa merasa khawatir acara Latihan perang Amfibi diperairan Ranu Grati bakal mengusik ketenangan Baru Klinting. Itulah sebabnya meraka mencoba menghalangi adanya kecelakaan yang berakibat hilangnya nya pada acara latihan itu. Beberapa orang sesepuh desa menyarankan pada anggota Marinir yang berniat latihan itu agar sebelum turun ke air mengadakan ritual terlebih dahulu. Ritual itu juga mengadakan acara selamatan dengan memandikan para anggota Pasukan Amfibi dengan air bunga kamboja.

Selain itu, adapula yang menganjurkan agar latihan Psaukan Amfibi pagi itu ditunda. Hal ini desebabkan salah seorang yang dipercaya dapat berkomunikasi dengan makhluk halus penjaga Danau menyatakan bahwa pagi itu Baru Klinting sedang mengadakan sebuah pesta dengan Ratu Pantai Selatan. Sampai saat ini banyak masyarakat yang masih percaya bahwa penghuni gaib Ranu Grati berhubungan dengan gaib Pantai Selatan Laut Jawa.

Baca Juga : Legenda Danau Ranu Grati dan Naga Baru Klinting Pasuruan Jawa Timur

Semua saran dan alasan yang tidak dapat diterima secara logika itu ditolak mentah-mentah oleh penyelenggara latihan yang melibatkan Pasukan Amfibi. Meraka lebih percaya dengan hasil survei yang telah dilakukan sebelum mereka turun kelapangan, karena seperti biasa setiap kali sebelum latihan selalu diawali dengan rencana latihan atau rencana lapangan ( renlap ). Sesuai dengan rencana pagi itu meraka tetap mengadakan latihan dengan menurunkan 7 buah Tank Amfibi keperaiaran Ranu Grati.
Sebelum tank Amfibi beserta awaknya turun keair, sempat terjadi perbedaan antara orang sesepuh desa dengan angota Pasukan Amfibil. Menurut saksi mata yang menyaksikan jalannya perdebatan bernama Hamzah telah mengingatkan kepada komandan latihan.
“ Pak, sebaiknya jangan latihan sekarang,” kata Hamzah, menirukan ucapan sesepuh desa yang bernama Suliati. ”Bila bapak-bapak akan latihan, sebaiknya nanti siang saja, “ lanjut sesepuh itu.
“ Mengapa ?” Tanya jawab salah seorang anggota pasukan, dengan nada merasa kurang senang ada orang lain yang ikut campur dalam tugasnya.
“ Berbahaya pak!, Jaka Baru (sebutan untuk Naga Baru Klinting) bisa marah!”, kenangnya cemas.
“ Biarlah, saya ingin melihat kumisnya Jaka Baru, “ tampang orang itu sambil bergurau dan tertawa-tawa. Teman-temannya yang mendengar percakapan itupun ikut tertawa, namun diam-diam beberapa orang warga yang hadir tampak mulai khawatir atas penolakan usulnya oleh sang komandan latihan.

Sulihati merasa kecewa karena para anggota pasukan Amfibi itu tidak mau mengikuti sarannya. “ Sudahlah Mbah. Sul para perwira yang gagah berani itu mana mungkin percaya dengan cerita kita, “ kata beberapa sesepuh desa lainnya,
Para anggota paukan Amfibi itu memang pernah mendengar cerita tentang legenda Baru Klinting yang dipercaya penduduk sekitar sebagai sang penunggu yang sesekali minta korban persembahan.

Meraka merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena telah mengadakan persiapan latihan yang secara matang, lagipula apakah arti latihan danau dibandingkan dengan latihan di laut, seperti yang selama ini telah meraka lakukan bahkan berinbu kali, pikir mereka. Latihan di laut tentu lebih banyak tantangannya dibandingkan dengan latihan di sebuah danau yang luas dan kedalamannya tidak seberapa.

Sebenarnya ada juga beberapa orang diantara anggota pasuka anggota amfibi yang sejak semula kurang setuju untuk mengadakan latihan di Ranu Grati. Mereka lebih suka latihan di daerah laut Semedu Sari Nguling, seperti yang selama ini biasa meraka lakukan. Disamping kekhawatiran akan adanya perbedaan antara laut yang asin dan air tawar yang ada di danau Grati, akan berpengaruh pada latihan mereka. Keberadaan Ranu Grati yang dikenal sangat angker cukup membuat ciut hati mereka.

Tenggelamnya Misterius…
Mbah Sulihati kembali menuturkan Bahwasanya ada salah seorang anggota pasukan batalyon Zipur 10 Amfibi, Serka Sayyadi yang saat itu ikut serta dalam latihan di Ranu Grati. Serka Sayyadi merupakan salah seorang dari pelaku sejarah yang sampai saat ini masih hidup. Saat kejadian itu berlangsung beliau masih sangat muda dan berpangkat Prada. Menurut cerita Serka Sayyadi, pada saat itu dia dan teman-tamannya dari BTR 50 Amfibi akan mengadakan latihan rutin dibawah pinpinan Komandan BTR. Subiyoto dan Wadang Aminuddin Sobli.

Saat itu ada 7 kendaraan tank yang bergerak menuju Ranu Grati siap mengadakan latihan. Setelah sampai ditepi danau, Sayyadi dan teman-temannya beristirahat sebentar. Dalm latihan itu melibatkan 2 kompi pasukan amfibi yang hendak mengadakan latihan secara bergelombang. Gelombang pertama ada 6 Tank. Tiap tank berisi 20 orang awak. Seorang jurumudi dan seorang pembantu jurumudi. Jadi jumlahnya pasukan yang berada didalam setiap tank sebanyak 22 orang.

Seorang komandan tank berjaga diluar ( diatas tank ) sebagai penunjuk arah, dengan demikian jumlah seluruh pasukan pada tiap tank sebanyak 23 0rang.Tepat pukul 08.30 pagi, acara latihan dimulai. Anggota pasukan amfibi memasuki kendaraan masin-masing pintu tank ditutup rapat, kemudian itu mulai turun ke air. Naas tak dapat ditolak, ternyata salah satu dari 7 konvoi itu saat memasuki air, terus tenggelam tanpa diketahui sebab-sebabnya. Tank Amfibi yang tenggelam itu adalah Tank yang berada di sebelah kanan Tank yang ditunpangi Serka Sayyadi.

Menurut Serka Sayyadi, ia melihat sosok bayangan ular yang amat besar membelit tubuh tank yang ditumpangi sejumlah prajurit. Tank beserta prajurit sosok ular penunggu Ranu Grati bernama Baru Klinting dan tak pernah ditemukan hingga kini. Untuk mengenang kejadian yang terjadi pada 17 Oktober 1979 itu, pihak TNI Angkatan Laut membangun sebuah monument, tugu peringatan yang berlokasi di sebelah timur danau.
Berikut adalah nama-nama prajurit yang tidak diketahui rimbanya di danau Ranu hingga kini:

Nama-nama anggota Amfibi yang tewas dalam peristiwa tenggelamnya tank di Ranu Grati:

1.Serda Gino 476872
2.Prada Suhartono 7755153682
3.Koptu Sukarjo 409675
4.Prada Musyanto 7755153641
5.Koptu Bohir 409321
6.Prada Bachtiar 7756153860
7.Koptu Suwarto 741486
8.Prada Firdaus A. 7755153737
9.Koptu Sukardi 409788
10.Prada Susdiyono 7756153850
11.Koptu Tukirin 409815
12.Prada Setu 7757153920
13. Koptu Sutarto 7758154060
14.Prada Moch. Kosim 7757153951
15.Koptu Edi Agustina 7757157556
16.Prada Ralip 7755153652
17.Prada Sutedjo 7757153939
18.Prada Urip S. 7755153696

Legenda Danau Ranu Grati dan Naga Baru Klinting Pasuruan Jawa Timur

Legenda Danau Ranu Grati dan Naga Baru Klinting Pasuruan Jawa Timur
Menurut legenda dan kepercayaan masyarakat sekitar, pada jaman dahulu Desa Ranuklindungan merupakan sebuah wilayah bekas Kademangan Klindungan. Kawasan itu terkenal akan kesuburan alamnya. Di wilayah itu hidup seorang yang sakti nan arif bijaksana, Begawan Nyampo namanya. Suatu hari, ia didatangi Endang Sukarni dari Keraton Mataram. Dia melarikan diri dari keraton karena hendak dinikahkan dengan lelaki yang tidak ia sukai. Endang Sukarni adalah seorang gadis molek nan jelita. Sang putri memikat hati Begawan Nyampo.

Sebagai simbul rasa cintanya, Begawan memberikan sebilah pisau kepada Dewi Endang Sukarni. Namun Begawan juga berpesan unmtuk tidak memangku pisau yang hendak dipergunakan Dewi Endang mencari daun jati. Sayangnya, suatu ketika ternyata Dewi Endang melupakan pesan sang Begawan dan memangku pisau itu. Keteledoran itu membuat dirinya hamil dan melahirkan seorang bayi setengah ular. Wujud manusia setengah ular itu ia beri nama Baru Klinting.

Baru Klinting tubuhnya dipenuhi sisik ular. Hal ini menjadikan Penduduk mengucilkannya. Begawan yang menganggap Baru Klinting sebagai anaknya sendiri merasa malu akan kejadian itu. Begawan dan Dewi Endang Sukarni akhirnya menyepakati untuk menyingkirkan Naga Baru Klinting. Maka dicarilah dua tantangan yang tidak akan bisa dilalui dengan selamat oleh Naga Baru Klinting.

Baca Juga : Legenda Kota : Tank Amfibi dan Seluruh Pasukan Didalamnya Hilang Tenggelam di Danau Ranu Grati

Ujian atau tantangan pertama bagi Naga Baru Klinting adalah mengambil air dengan menggunakan keranjang bambu yang berlubang. Ternyata walau menggunakan keranjang bambu berlubang, Naga Baru Klinting bisa memenuhi isi sebuah kolam luas yang dibuat oleh Sang Begawan dengan air.

Ujian kedua juga dimenangkan oleh Naga Baru KLinting. Bahkan Naga Baru Klinting dapat membunuh buaya putih yang diperintahkan Begawan Nyampo untuk melenyapkan dirinya dari muka bumi lantaran rasa malu akan ujudnya. Kematian Buaya Putih yang tak lain adalah putra Raden Dodo Putih, adik Begawan Nyampo, membuktikan kesaktian Naga Baru Klinting dan membuat ciut nyali sang Begawan.

Tanpa disadari Naga Baru Klinting, Begawan Nyampo membujuknya untuk melakukan tabrata dengan melingkari Gunung Kelut, tapabrata itu dimaksudkan agar Naga Baru Klinting bisa menjadi manusia sempurna seperti orang kedua tuanya. Dalam melakukan tapa itulah Naga Baru Klinting tewas. Tubuhnya dibantai dan dimakan oleh penduduk sekitar setelah dicacah menjadi 40 bagian. Tempat pembantaian itu kini bernama Desa Mblereh. Sedangkan tempat pembersihan sisik (kresek) sekarang dinamai Desa Kresek. Nama Desa Petangpuluh dahulu merupakan sebuah tempat pemotongan Naga Baru Klinting dan tempat pembakaran (tunu) daging menjadi nama Desa Grati Tunon.

Karena rasa rindunya, Dewi Endang Sukarni hendak mencari anaknya. Namun ia tak mengetahui jika anaknya telah mati dibantai penduduk. Mengetahui jika Dewi Endang Sukarni ibu dari Naga Baru Klinting, warga yang dilalui dalam pencarian anaknya bukan mala h dibantu justru menerma ejekan, makian bahkan siksaan. Lantaran kesal dan hilang sabar serta hendak memberikan pelajaran kepada si pengejek, Dewi Endang Menantang setiap warga tersebut untuk mencabut Sodo Lanang yang ditancapkannya di dalam tanah.

Walau hanya sebatang lidi, Sodo Lanang ternyata tak ada yang mampu mencabutnya. Saat itulah sebatang lidi bernama Sodo Lanang itu dicabutnya dan bekas lubang tancapan Sodo Lanang pemberian putranya dalam mimpi memancarkan air yang sangat deras. Air itu semakin lama semakin deras memancar. Air itu terus menyembur bagai semburan lumpur lapindo. Dan menenggelamkan apa saja termasuk penduduk yang memperlakukan ibu Naga Baru Klinting bagai hewan tak berguna. Luapan air yang keluar dari bekas tancapan Sodo Lanang terus melebar hingga seluas 1085 Hektar. Luas itu sama persis jika diukur dengan luas Danau Ranu Grati sekarang ini

Wednesday 27 July 2016

Tokoh Nusantara Presiden Pertama Indonesia Soekarno

Tokoh Nusantara Presiden Pertama Indonesia Soekarno
Sang Proklamator. Mungkin sampai sekarang beliau adalah tokoh yang paling banyak dikagumi orang di Indonesia. banyak orang yang mencari mengenai perjalanan hidup, profil atau biografi singkat mengenai Soekarno. Dikenal sebagai Presiden pertama Republik Indonesia, beliau lebih akrab di panggil Bung Karno ini berasal dari Blitar, dia merupakan pahlawan Proklamasi bersama dengan Mohammad Hatta. Presiden Soekarno sangat disegani oleh para pemimpin negara-negara di dunia pada waktu itu. Soekarno dilahirkan di Surabaya tepatnya pada tanggal 6 Juni 1901 dengan nama asli bernama Koesno Sosrodihardjo, karena sering sakit yang mungkin disebabkan karena namanya tidak sesuai maka ia kemudian berganti nama menjadi Soekarno.

Orang Tua Soekarno

Ayah beliau bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibu bernama Ida Ayu Nyoman Rai. Orang tuanya bertemu di Bali ketika ayahnya menjadi guru di Bali dan ibunya merupakan bangsawan di Bali. Soekarno diketahui memiliki saudara atau kakak kandung perempuan bernama Sukarmini.

Masa Kecil dan Masa Muda Soekarno

Mengenai kisah hidup Presiden Soekarno, semasa kecilnya ia tidak tinggal bersama dengan orang tuanya yang berada di Blitar. Ia tinggal bersama kakeknya yang bernama Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur, Soekarno bahkan sempat bersekolah disana walaupun tidak sampai selesai ikut bersama dengan orang tuanya pindahh ke Mojokerto.

Di Mojokerto, Soekarno kemudian di sekolahkan di Eerste Inlandse School dimana ayahnya juga bekerja disitu sebagai guru. Namun ia dipindahkan tahun 1911 ke ELS (Europeesche Lagere School) yang setingkat sekolah dasar untuk dipersiapkan masuk di HBS (Hogere Burger School) di Surabaya. Setelah tamat dan bersekolah di HBS tahun 1915, Soekarno kemudian tinggal di rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau H.O.S Cokroaminoto yang merupakan kawan dari ayah Soekarno.

Antara Soekarno, Kartosuwiryo dan Muso

H.O.S Cokroaminoto dikenal sebagai pendiri dari Serikat Islam (SI). Di rumah Cokroaminoto lah Soekarno berkenalan dengan para pemimpin Sarekat Islam (SI) seperti Haji Agus Salim dan Abdul Muis. Soekarno juga akrab dengan Muso, Alimin, Darsono dan Semaun yang kelak dikenal sebagai tokoh berhaluan kiri dan juga Kartosuwiryo yang kelak mendirikan Darul Islam dan memimpin pemberontakan melawan Soekarno.

Mereka bersama-sama tinggal di rumah H.O.S Cokroaminoto untuk menimba ilmu dan belajar berorganisasi melalui Sarekat Islam (SI). Disini jiwa nasionalismenya akan bangsa Indonesia menjadi sangat besar. Soekarno juga sempat ikut dalam organisasi pemuda tahun 1918 yang bernama Tri Koro Darmo yang kemudian berubah nama menjadi Jong Java. Soekarno bahkan aktif sebagai penulis di koran harian bernama Oetoesan Hindia yang dikelola oleh Cokroaminoto.

Di rumah Cokroaminoto, Soekarno muda mulai belajar berpolitik dan juga belajar berpidato meskipun cenderung ia lakukan sendiri di depan cermin di kamarnya. Di sekolahnya yaitu Hoogere Burger School atau HBS, Soekarno mendapat banyak ilmu pengetahuan

Pada tahun 1921 setelah lulus dari Hoogere Burger School atau HBS, Soekarno muda kemudian pindah ke Bandung dan tinggal dirumah Haji Sanusi, disini Soekarno kemudian akrab dengan Douwes Dekker, Tjiptomangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara.

Soekarno kemudian masuk ke Technische Hoogeschool (THS) jurusan teknik sipil. Technische Hoogeschool (THS) kelak berubah menjadi ITB (Institut Teknologi Bandung) seperti sekarang. Di tahun yang sama yakni 1921, Soekarno menikah dengan Siti Oetari anak sulung dari H.O.S Cokroaminoto. Soekarno sempat berhenti kuliah setelah dua bulan masuk di THS namun di tahun 1922 ia mendaftar lagi dan kemudian mulai kuliah dan kemudian lulus pada tanggal 25 Mei 1926 dengan gelar Ir (Insinyur).

Tamat dari THS, Soekarno mendirikan Biro Insinyur tahun 1926 bersama Ir. Anwari yang mengerjakan desain dan rancang bangunan. Ia juga bekerja sama dengan Ir. Rooseno merancang dan membangun rumah.

Selama di Bandung, Soekarno mendirikan Algemeene Studie Club (ASC) yang kemudian menjadi cikal bakal dari Partai Nasional Indonesia yang berdiri pada tanggal 4 Juli 1927. Disini Soekarno kemudian mulai mengamalkan ajaran Marhaenisme. Tujuan dari pembentukan partai Nasional Indonesia adalah agar bangsa Indonesia bisa merdeka dan terlepas dari Jajahan Belanda.

Dari keberanian Soekarno ini kemudian pemerintah kolonial Belanda menangkapnya di Yogyakarta dan memasukkannya ke penjara Banceuy di Bandung. Kemudian tahun 1930, Soekarno dipindahkan ke penjara Suka Miskin. Dalam penjara ini kebutuhan hidupnya semua berasal dari istrinya yang setia menemaninya yaitu Inggit Ganarsih yang menikah dengan Soekarno pada tahun 1923 yang sebelumnya Soekarno telah menceraikan Siti Oetari secara baik-baik pada saat masih di Bandung.


Inggit yang juga dibantu oleh kakak Soekarno bernama Sukarmini sering membawakan makanan kepada Soekarno di penjara Suka Miskin, hal itulah yang kemudian membuat pengawasan di penjara Suka Miskin makin diperketat.

Menurut Biografi Presiden Soekarno dari beberapa sumber, ia dikenal belanda sebagai seorang tahanan yang mampu menghasut orang lain agar berpikir untuk merdeka sehingga ia kemudian dianggap cukup berbahaya.

Beliau kemudian diisolasi dengan tahanan elit tujuannya agar tidak bisa mendapatkan informasi yang berasal dari luar penjara. Tahanan elit ini sebagian besar merupakan warga Belanda yang mempunyai kasus seperti penggelapan, korupsi dan juga penyelewengan, inilah yang menjadi tujuan Belanda agar topik pembicaraan mengenai bagaimana caranya untuk memerdekakan Indonesia tidak sesuai karena rata-rata tahanan elit yang bersama Soekarno adalah orang Belanda.

Topik yang biasa ia dengar sama sekali tidak penting seperti soal makanan dalam penjara dan juga cuaca. Selama berbulan-bulan di Suka Miskin menngakibatkan Soekarno putus komunikasi dengan teman-teman seperjuangannya, namun itu bukanlah hal yang sulit baginya untuk mendapatkan informasi dari luar.

Akhirnya Soekarno menemukan ide baru, dimana ia menggunakan telur sebagai media untuk berkomunikasi dengan istrinya. Jika teman Soekarno mengalami musibah atau mendapat kabar buruk maka telur yang dibawa oleh istrinya adalah telur asin, itupun beliau hanya dapat menduga-duga sebab ia tidak tahu secara pasti apa yang terjadi diluar sana. Untuk berbicara dengan Inggit, Soekarno diawasi secara ketat dan juga barang bawaan yang dibawa oleh inggit dari luar penjara selalu diperiksa secara teliti.

Masa Perjuangan Soekarna

Kemudian Soekarno dan inggit akhirnya menemukan cara yang dianggapnya paling mudah dalam berkomunikasi agar tidak diketahui oleh Belanda yakni dengan media yang sama sebelumnya yaitu Telur dimana cara yang digunakan sedikit berbeda yaitu dengan menusuk jarum ke telur.

Jika satu tusukan pada telur berarti kabar baik, jika tusukan sebanyak dua kali pada telur artinya seorang teman Soekarno tertangkap namun jika terdapat tiga tusukan berarti aktivis kemerdekaan yang ditangkap cukup besar.

Selama berada dipenjara, orang tuanya tidak pernah sekalipun mengunjungi Soekarno alasannya adalah orang tua Soekarno tidak sanggup melihat Soekarno dipenjara, Ia kurus dan hitam selama berada di penjara karena itulah yang menurut ibu Wardoyo sehingga orang tua soekarno tidak mau menjenguk Soekarno.

Agar orang tuanya tidak panik Soekarno sering beralasan bahwa ia sering bekerja dibawah teriknya sinar matahari sehingga kulit-kulitnya menghitam selain itu dalam penjara ia ingin memanaskan tulang-tulangnya karena dalam penjara, ruangannya sangat gelap, lembab dan juga dingin karena sinar matahari tidak ada.

Kasusnya disidangkan oleh Belanda melalui pengadilan Landraad di Bandung, ketika sudah delapan bulan berlalu yaitu pada tanggal 18 Desember 1930. Soekarno dalam pembelaanya membuat judul bernama "Indonesia Menggugat" yang terkenal. Dimana ia mengungkapkan bahwa bangsa Belanda sebagai bangsa yang serakah yang telah menindas dan merampas kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Dari pembelaannya itu kemudian sehingga membuat Belanda semakin marah sehingga PNI bentukan Soekarno dibubarkan pada bulan Juli 1930. Setelah keluar dari penjara bulan desember 1931, Soekarno kemudian bergabung dengan Partindo tahun 1932 karena ia sudah tidak memiliki partai lagi dan ia kemudian didaulat sebagai pemimpin Partindo namun ia kembali ditangkap oleh Belanda dan kemudian diasingkan ke Flores.

Tahun 1938, ia kemudian dibuang ke Bengkulu, disini Soekarno bertemu dengan Mohammad Hatta yang akan menjadi teman seperjuangannya yang kemudian keduanya akan memproklamasikan Kemerdekaan bangsa Indonesia. Di Bengkulu juga Soekarno kemudian berkenalan dengan Fatmawati yang kelak menjadi istri Soekarno dan ibu negara pertama. Fatmawati merupakan putri dari Hassan Din yang mengajak Soekarno untuk mengajar di Sekolah Muhammadiyah di Bengkulu.

Tahun 1942, kekuasaan Belanda di Indonesia berakhir setelah Jepang masuk menyerbu Indonesia. Soekarno yang sempat akan dipindahkan oleh Belanda ke Australia namun gagal setelah dicegat oleh Jepang. Soekarno kemudian kembali ke Jakarta. Jepang kemudian memanfaatkan Soekarno berserta pemimpin Indonesia lainnya untuk menarik hati penduduk Indonesia.

Jepang bahkan menunjuk Soekarno untuk memimpin tim persiapan kemerdekaan bangsa Indonesia yaitu BPUPKI dan PPKI setelah berjanji memberikan kemerdekaan bagi Indonesia. Soekarno bahkan sempat terbang ke Jepang untuk bertemu dengan Kaisar Hirohito.

Soekarno terus menerus melakukan pendekatan dan kerjasama dengan Jepang dengan tujuan agar Indonesia segera diberi kemerdekaan. Segala persiapan untuk kemerdekaan Indonesia dilakukan oleh Soekarno seperti merumuskan Pancasila dan UUD 45 sebagai ideologi dan dasar negara serta perumusan teks proklamasi kemerdekaan bersama Mohammad Hatta dan Ahmad Soebardjo.

Sebelum mengumumkan kemerdekaan Indonesia pada bulan agustus 1945, Soekarno bersama Mohammad Hatta bersama pemimpin Indonesia yang lainnya terbang ke Dalat, Vietnam untuk menemui pimpinan tertinggi kekaisaran Jepang di Asia Tenggara yaitu Marsekal Terauchi. Menjelang proklamasi kemerdekaan, terdapat perbedaan pandangan antara golongan tua dan golongan tua.

Golongan Tua menghendaki agar kemerdekaan Indonesia dipersiapkan secara matang dan golongan muda menghendaki agar kemerdekaan Indonesia diproklamasikan secepatnya. Hal inilah yang kemudian membuat golongan muda melakukan penculikan terhadap Soekarno dan Mohammad Hatta pada tanggal 16 agustus 1945 dan membawa mereka ke daerah Rengasdengklok dengan tujuan agar segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia dan menjauhkannya dari pengaruh Jepang. Peristiwa penculikan ini kemudian dikenal dengan nama Peristiwa Rengasdengklok.

Mengetahui Soekarno dan Mohammad Hatta dibawa ke Rengasdengklok membuat Ahmad Soebardjo kemudian menjemput Soekarno dan Mohammad Hatta. Sutan Syahrir yang dikenal sering berseberangan pendapat dengan Soekarno marah mendengar para golongan muda menculik Soekarno dan Hatta dan menyuruh mereka membwanya kembali ke Jakarta.

Tiba di Jakarta, Soekarno dan Muhammad Hatta beserta pemimpin lainnya bertemu dengan Laksamana Maeda di rumahnya di Jl. Imam Bonjol. Laksamana Maeda kemudian menjamin keselamatan Soekarno dan para pemimpin lain dan mempersilahkan Soerkarno dan Muhammad untuk merumuskan teks proklamasi kemerdekaan. Bersama dengan Ahmad Soebardjo mereka